Iman Yang Sejati
Mei 2025

Iman Yang Sejati

Surat Yakobus
Bagikan di:

“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya mati” (Yakobus 2:17-TB2)

PENGANTAR

Penulis

Penulis surat ini mengidentifikasi dirinya sebagai “Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus” (᾿Ιάκωβος, Θεοῦ καὶ Κυρίου ᾿Ιησοῦ Χριστοῦ δοῦλος). Secara tradisional diyakini bahwa ia adalah “Yakobus saudara Tuhan” (Yesus) (᾿Ιάκωβον τὸν ἀδελφὸν τοῦ Κυρίου) (Mrk. 6:3; Mat. 13:55; Gal. 1:19) atau yang juga dikenal sebagai “Yakobus yang Adil.” Ia adalah figur terkemuka di dalam jemaat di Yerusalem, bahkan merupakan pemimpin jemaat di sana (Kis. 15:13-21; Gal. 1:19; 2:9). Tentu saja ia dipercaya punya otoritas untuk menuliskan surat kepada komunitas Kristen Yahudi yang berada di perantauan.

Tetapi, pandangan ini tidak sepenuhnya diterima oleh para ahli Perjanjian Baru. Dasar keberatan mereka antara lain karena bahasa Yunani surat ini yang cukup baik, dengan kosa kata yang kaya dan gaya retoris yang diduga mendapat pengaruh kuat dari tradisi sastra dan budaya Yunani. Para ahli mengatakan bahwa surat ini lebih mirip dengan tulisan-tulisan dari akhir abad pertama. Sementara, Yakobus wafat pada sekitar tahun 62 M.

Keberatan lainnya adalah soal minimnya referensi langsung ke kehidupan, kematian atau kebangkitan Yesus dalam surat ini. Hal ini sangat kontras dengan surat-surat rasuli dari periode itu—misalnya surat-surat Paulus—yang amat menekankan karya salib Kristus. Sementara, secara teologis, surat ini dilihat sebagai tanggapan atas pemikiran Paulus, terutama soal konsep “pembenaran oleh iman” (bdk. Rm. 3:28). Artinya, kemungkinan surat ini ditulis setelah surat-surat Paulus beredar luas, mungkin pada tahun 80-100 M.

Masalah lain adalah soal isu-isu yang dibahas dalam surat ini. Isu seputar ketidakadilan sosial antara yang kaya dan miskin (2:1-7) atau soal konflik internal dalam jemaat (4:1-3) menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada jemaat yang sudah cukup berkembang, bukan jemaat baru yang tumbuh di masa-masa pelayanan Yakobus.

Meski begitu, mereka yang meyakini bahwa Yakobus yang Adil adalah penulis surat ini berpandangan bahwa penggunaan bahasa Yunani yang baik bisa jadi disebabkan karena surat ini ditulis secara amanuensis, atau ditulis oleh seorang sekretaris yang lebih menguasai bahasa Yunani. Praktik semacam ini merupakan praktik yang umum pada masa itu, misalnya Paulus yang menggunakan Tertius dalam Rm. 16:22.

Pandangan lain mengatakan bahwa posisi penting Yakobus sebagai pemimpin jemaat Yerusalem memungkinkan dia untuk memahami bahasa Yunani dengan lebih baik, terutama karena ia sering berinteraksi dengan jemaat-jemaat diaspora dan pemimpin-pemimpin jemaat lainnya, yang juga menguasai bahasa Yunani.

Mengenai isu ketidakadilan sosial, sudah tidak asing lagi banyak orang-orang dengan latar belakang Yahudi. Isu ketidakadilan sosial mendapat porsi cukup banyak sejak dalam Taurat, sehingga bukan hal baru bagi mereka. Sementara, isu konflik internal merupakan isu umum di kalangan jemaat mula-mula, terutama karena adanya percampuran berbagai latar belakang sosial dan pemikiran dalam jemaat.

Waktu Penulisan

Siapa penulis surat Yakobus menentukan perspektif kita mengenai kapan surat ini ditulis. Jika mengikuti pandangan tradisional bahwa penulis surat ini adalah Yakobus yang Adil, maka surat ini ditulis sebelum ia wafat pada 62 M. Para ahli menduga bahwa surat ini ditulis sebelum sidang di Yerusalem (Kis. 15), sehingga diperkirakan surat ini ditulis antara tahun  45-50 M. Jika kita menerima pandangan ini, maka surat ini menjadi salah satu kitab Perjanjian Baru yang paling awal.

Namun, jika mengikuti keberatan-keberatan yang diajukan oleh sebagian ahli Perjanjian Baru mengenai penulis surat ini, maka kemungkinan surat ini ditulis sekitar tahun 80-100 M karena gaya bahasa Yunaninya yang lebih sesuai dan konteksnya yang merujuk pada jemaat yang lebih terorganisir.

Pembaca Mula-mula

Di awal surat ini dituliskan bahwa surat ini ditujukan “kepada kedua belas suku di perantauan (diaspora)” (ταῖς δώδεκα φυλαῖς ταῖς ἐν τῇ διασπορᾷ). Di kalangan orang-orang Kristen dengan latar belakang Yahudi, istilah “dua belas suku” jelas merujuk pada keturunan-keturunan Israel/ Yakub. Namun, secara spesifik di sini dikatakan bahwa mereka berada di perantauan (diaspora). Para ahli Perjanjian Baru menyebutkan bahwa mereka kemungkinan tinggal di Asia Kecil. Yunani, Roma, dan sekitarnya.

Karena itu, surat ini merupakan surat yang tidak ditujukan kepada satu jemaat tertentu, melainkan kepada orang-orang Kristen yang berlatar belakang Yahudi dan tersebar di berbagai wilayah. Mereka masih sangat kuat dengan identitas Yahudi mereka, tetapi hidup jauh dari tanah asal mereka.

Pengaruh Yudaisme

Baik penulis maupun pembaca mula-mula surat ini merupakan orang-orang percaya dengan latar belakang Yahudi. Nama “Yakobus” (᾿Ιάκωβος) sendiri merupakan versi Yunani dari nama Yakub (יעקב / Ἰακώβ), leluhur Israel. Karena itu, pengaruh pemikiran Yudaisme dalam surat ini tidak mungkin dipungkiri. Setidaknya ada beberapa hal yang erat sekali kaitannya dengan pemikiran-pemikiran dan tradisi Yudaisme: Pertama, “etika Taurat”. Surat Yakobus sarat dengan pemikiran-pemikiran etis yang sangat dipengaruhi oleh Taurat, misalnya Imamat 19:18 disebut sebagai “hukum utama” (2:8).

Kedua, “ketaatan pada hukum”. Berbeda dengan surat-surat Paulus yang terkesan menekankan konsep “kebebasan dari hukum melalui iman”, maka Yakobus menekankan konsep “hukum yang membebaskan”. Konsep ini sangat Yudaistik, dimana hukum dianggap memberi kebebasan melalui ketaatan kepada Allah (bdk. Mzm. 119:45).

Ketiga, “pengaruh sastra hikmat”. Dalam tulisan-tulisan Yahudi, sastra hikmat biasanya berisi nasihat praktis, penggunaan perbandingan, dan penekanan pada hikmat atau kebijaksanaan. Surat ini juga mendapat pengaruh sastra hikmat, yang diawali dengan ajakan untuk meminta hikmat dari Allah (1:5 bdk Ams. 2:6), sebab hikmat dari Allah itu “murni, suka damai, lembut, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik” (3:17).

Keempat, “tema keadilan sosial”. Dalam tulisan-tulisan Yahudi, tema ini termasuk dalam sastra profetik (nevi’im), yang intinya mengecam berbagai praktik yang merugikan orang lain (2:1-7 bdk. Am. 5:11-12), serta ajakan untuk peduli pada orang-orang yang membutuhkan (1:27 bdk Yes. 1:17).

Kelima, “praktik dan tradisi Yahudi”. Misalnya penggunaan istilah “sinagoge” (συναγωγή) untuk “pertemuan” (2:2), serta praktik penggunaan minyak untuk doa penyembuhan (5:14).

Selain kelima hal di atas, penggunaan istilah-istilah: πίστις (iman), ἔργον (perbuatan), σοφία (hikmat), dan νόμος (hukum) dalam surat ini juga menunjukkan kuatnya pengaruh Yudaisme. Istilah-istilah ini penting sebab muncul berkali-kali dalam keseluruhan surat Yakobus.

***

Minggu I (4 Mei 2025)

IMAN DAN PERBUATAN
Yakobus 2:14-26

Iman kepada Allah selalu diwujudkan melalui ketaatan pada perintah Allah, terutama dalam perbuatan kasih, misalnya membantu kaum miskin (bdk. Ul. 15:7-11; Mat. 7:16-20). Yakobus memegang fondasi pemikiran ini dan menentang gagasan yang memisahkan iman dan perbuatan. Surat ini juga menolak pemikiran bahwa iman hanyalah pengakuan doktrinal.

FOKUS: Bagaimana menyatakan iman melalui perbuatan kasih?

 

Minggu II (11 Mei 2025)

IMAN DAN HIKMAT
Yakobus 1:2-8; 3:13-18

Hikmat adalah anugerah ilahi yang diberikan Allah kepada mereka yang takut akan Dia (bdk. Ams. 2:6; 9:10). Karena itu, surat Yakobus menekankan pentingnya meminta hikmat dari Allah dengan iman. Dengan hikmat yang dari Allah, maka jemaat akan mendapatkan tuntunan dalam perbuatan kasih.

FOKUS: Bagaimana memiliki hikmat ilahi sebagai penuntun perbuatan kasih?

 

Minggu III (18 Mei 2025)

IMAN DAN DOA
Yakobus 5:13-18

Surat Yakobus menekankan bahwa iman merupakan syarat untuk dikabulkannya doa, seperti teladan para nabi (bdk. ay. 17-18). Selain itu, doa juga merupakan ekspresi iman kepada Allah (bdk. Mzm. 34:5-7). Doa dibutuhkan tidak saja secara pribadi, tetapi juga secara komunal. Dalam kehidupan komunal, iman dan doa saling menguatkan (bdk. 5:15-16).

FOKUS: Bagaimana membangun jemaat sebagai komunitas yang kuat dalam iman dan doa?

 

Minggu IV (25 Mei 2025)
PPF PGIW DKI Jakarta dalam rangka Bulan Oikoumene & HUT ke-75 PGI

“KESATUAN TUBUH KRISTUS YANG TANGGUH DAN RELEVAN”

Menggunakan Tema dan Tata Ibadah dari PGI.

 

Kenaikan Tuhan Yesus (29 Mei 2025)

IMAN KEPADA KRISTUS YANG MULIA
Yakobus 2:1-13

Sebutan “Tuhan yang mulia” (κύριος δόξα) kepada Kristus juga disebutkan dalam 1Kor. 2:8. Dalam pemikiran Yudaisme, δόξα berkaitan dengan konsep שְׁכִינָה, yang merujuk pada manifestasi atau kehadiran Allah yang terlihat di dunia (bdk. konsep “teofani”). Jadi, Kristus adalah manifestasi Allah di dunia ini. Peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke Surga menggemakan konsep “kemuliaan” ini (bdk. Kis. 2:33; Flp. 2:9).

Dalam pemikiran surat Yakobus, iman kepada “Tuhan kita Yesus Kristus yang Mulia” (τὴν πίστιν τοῦ Κυρίου ἡμῶν ᾿Ιησοῦ Χριστοῦ τῆς δόξης), harus diamalkan dalam wujud sikap etis yang tidak memandang muka atau dalam perbuatan baik.

FOKUS: Bagaimana mengamalkan iman kepada Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga dalam kehidupan bersama?

-oOo-

Kirim Donasi
Bagikan di:
Penulis:

Yosi Rorimpandei

Koordinator Komisi Pengajaran GKRIDC

Live Streaming...

IBADAH MINGGU KE-4

Minggu, 25 Mei 2025 10:00 WIB

Ibadah GKRI Diaspora Copylas minggu ke-4

Live Streaming
  • 00
    HARI
  • 00
    JAM
  • 00
    MNT
  • 00
    DTK

Kontak Kami

Jika Anda membutuhkan informasi, layanan konseling atau ingin beribadah bersama kami, silakan menghubungi kami

Alamat:

KAPEL ALFA
Taman Alfa Indah Blok J-1 No. 39
Jakarta Selatan

WhatsApp:

0815-1341-3809