Kesatuan Tubuh Kristus yang Tangguh dan Relevan
Pesan Bulan Oikoumene 2025

Kesatuan Tubuh Kristus yang Tangguh dan Relevan

Bdk. 1 Korintus 12:12-27
Bagikan di:

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,

Pada Bulan Oikoumene ini, kita bersyukur kepada Allah atas kehadiran Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) yang telah setia berjalan bersama gereja-gereja di Indonesia selama 75 tahun. Kita sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak hal yang perlu diperjuangkan demi merajut kebersamaan antar gereja dengan menghargai serta mengakui keanekaragaman identitas, tradisi, bahkan kepentingan yang berbeda-beda. Sepanjang perjalanan tersebut, kita terus menghidupi pengharapan untuk saling mendampingi dalam karya pelayanan di tengah berbagai dinamika pergumulan bangsa Indonesia. Langkah pelayanan bersama—yang menghadirkan hati, mata, telinga, bahkan seluruh diri—perlu terus dilanjutkan sebagai wujud keterlibatan nyata dalam menghadirkan kebaikan, kebenaran, dan keadilan bagi seluruh ciptaan.

Tema Bulan Oikoumene tahun ini menekankan kesatuan tubuh Kristus yang tangguh dan relevan, dengan refleksi dari 1Korintus 12: 12–27. Analogi tubuh yang digunakan oleh Paulus memberikan penghargaan terhadap keanekaragaman karunia. Namun, keanekaragaman itu tidak dimaksudkan untuk dipertentangkan, melainkan dirayakan dalam kasih dan solidaritas sebagai bagian dari satu tubuh. Demikianlah pesan Bulan Oikoumene ini kembali mengajak gereja-gereja—dengan beragam identitas, teologi, tradisi, dan konteks—untuk memperjuangkan kesatuan tubuh Kristus agar kebersamaan yang saling merangkul dapat bertumbuh secara kreatif dalam kehidupan umat. Paulus menegaskan bahwa kesatuan tubuh Kristus juga berarti kesatuan dalam karya Roh Kudus (ay. 13). Bahkan, Allah sendirilah yang berkehendak agar kita sungguh-sungguh hidup dalam kesatuan tersebut (ay. 18, 24). Dengan menghargai kesatuan ini, sesungguhnya kita sedang mengakui Allah Trinitas sebagai Allah Persekutuan (bdk. Pemahaman Bersama Iman Kristen 2024, Bab I.2).

Saat ini, kita dipanggil bukan hanya untuk merayakan pertambahan usia gerakan oikoumenis, tetapi juga untuk menenun makna dan memperbarui komitmen menjadi gereja yang utuh—yaitu gereja yang menghidupi kesatuan tubuh Kristus, rela hadir dan memberi diri dalam kerapuhan, berani saling menanggung beban, serta merespons tantangan bersama sebagai satu tubuh. Gereja juga dipanggil untuk menjadi persekutuan yang berdampak, yang menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah di tengah dunia yang terluka.

Sebagai satu bangsa, kita masih bergumul dengan realitas polikrisis, seperti polarisasi dalam masyarakat, meningkatnya intoleransi dan kekerasan sosial, ketidakstabilan ekonomi, serta pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Krisis ekologi pun terjadi secara masif dan sistematis, dan dengan kompleksitasnya saling terkait erat dengan krisis keadilan sosial, keadilan gender, dan keadilan ekonomi. Data dari Jejak Korupsi Sumber Daya Alam (2024) memperlihatkan terjadinya manipulasi regulasi dan praktik suap yang mengakibatkan kehancuran hutan, pencemaran laut, punahnya keanekaragaman hayati danau, eksploitasi tanah, serta rusaknya kedaulatan hidup masyarakat adat. Kita juga menghadapi krisis keluarga dengan tingginya angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), termasuk kekerasan seksual terhadap anak yang belum ditangani secara maksimal melalui langkah-langkah strategis dan perlindungan. Di samping itu, isu kesehatan mental dan penggunaan teknologi informasi yang bertanggung jawab juga perlu mendapat perhatian serius.

Beberapa isu tersebut telah mulai dibicarakan sesuai dinamika masing-masing gereja dan melalui langkah strategis bersama yang dirumuskan oleh gereja-gereja anggota PGI dalam rangkaian perayaan 75 tahun PGI di berbagai wilayah Indonesia. Kita juga terus bergumul dengan meningkatnya jumlah korban perdagangan manusia, yang menunjukkan bagaimana tenaga kerja Indonesia dieksploitasi, mengalami kekerasan, bahkan meninggal secara tidak adil. Salah satu isu penting lainnya adalah pergumulan saudara-saudari kita di Papua yang hidup dalam trauma, menanggung rasa sakit dan kecurigaan di tengah kompleksitas konflik sosial-politik dan ekologi. Bagaimanakah respons iman kita sebagai bagian dari kesatuan tubuh Kristus dalam menghadapi polikrisis ini?

Di tengah berbagai tantangan polikrisis bangsa ini, gereja tidak boleh bersikap diam. Gereja dipanggil untuk menghidupi kesatuan tubuh Kristus dengan kesadaran penuh dan saling menopang sebagai satu tubuh dalam karya pelayanan bersama untuk mengatasi krisis. Gereja-gereja di Indonesia harus terus menyuarakan suara kenabian yang terpusat pada kehidupan, keadilan, kebenaran, dan perdamaian bagi seluruh ciptaan. Jika satu anggota menderita, kita rela hadir bersolidaritas, menanggung derita, merapuh bersama, dan saling menopang dalam langkah-langkah kecil. Begitu pula, jika satu anggota bersukacita, kita turut bergembira dan terinspirasi. Kita menyadari kerapuhan masing-masing, dan karena itu kita saling membutuhkan untuk saling mengingatkan dan melengkapi dalam pelayanan yang menuntut ketangguhan visi dan komitmen. Bersama-sama dalam kesatuan tubuh Kristus, kita diberi kekuatan dan harapan untuk berjuang serta bekerja sama dalam aksi nyata untuk merespons krisis kebangsaan, krisis keluarga, krisis ekologi, dan berbagai krisis lainnya.

Kita juga tidak boleh menutup mata terhadap penderitaan saudara-saudari kita di berbagai belahan dunia. Secara khusus, kita menaikkan doa bagi masyarakat Palestina dan saudara-saudari lainnya yang hidup di tengah konflik dan ketidakadilan. Kiranya kesedihan dihapuskan, harapan bersama dinyanyikan kembali, dan perdamaian dilahirkan kembali. Kita juga menyuarakan keprihatinan terhadap sistem perdagangan global yang kerap menindas rakyat kecil demi keuntungan segelintir pihak. Dalam kasih Kristus, kita berdoa dan bertindak agar dunia ini menjadi tempat yang lebih adil dan manusiawi bagi semua.

Sebagaimana para nabi diutus Allah untuk menyuarakan kehendak-Nya, demikian pula anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia diutus untuk menjadi suara bagi mereka yang tak bersuara. Di Bulan Oikoumene ini, marilah kita memperbarui tekad untuk menjadi gereja yang bersuara dan berkarya—tidak diam dalam melihat ketidakadilan, tetapi berani bersaksi demi kebenaran dan kasih. Damai sejahtera bukan hanya milik kita, tetapi anugerah yang harus kita perjuangkan bersama bagi bangsa dan dunia.

Dalam semangat oikoumenis ini juga, kita ikut bergembira dan menyampaikan selamat kepada saudara-saudari kita dari Gereja Katolik atas terpilihnya Paus yang baru, yakni Paus Leo XIV. Kiranya Tuhan Yesus, Sang Kepala Gereja, terus menuntun dan memperlengkapi kita dalam pelayanan bersama ini, agar kehadiran gereja-gereja sebagai satu tubuh benar-benar menjadi terang dan garam— pembawa harapan dan damai bagi seluruh ciptaan-Nya.

Selamat merayakan dan menghidupi Bulan Oikoumene!

Jakarta, Mei 2025

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI)

Pdt. Jacklevyn F. Manuputty
Ketua Umum

Pdt. Darwin Darmawan
Sekretaris Umum

Kirim Donasi
Bagikan di:
Penulis:

Yosi Rorimpandei

Koordinator Komisi Pengajaran GKRIDC

Live Streaming...

IBADAH MINGGU KE-1

Minggu, 01 Jun 2025 10:00 WIB

Ibadah GKRI Diaspora Copylas minggu ke-1

Live Streaming
  • 00
    HARI
  • 00
    JAM
  • 00
    MNT
  • 00
    DTK

Kontak Kami

Jika Anda membutuhkan informasi, layanan konseling atau ingin beribadah bersama kami, silakan menghubungi kami

Alamat:

KAPEL ALFA
Taman Alfa Indah Blok J-1 No. 39
Jakarta Selatan

WhatsApp:

0815-1341-3809