“berusahalah memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera” (Efesus 4:3 - TB2)
PENGANTAR SURAT EFESUS
Secara tradisional, surat kepada jemaat di Efesus dipercaya ditulis oleh Rasul Paulus, sebagaimana disebutkan pada ayat pertama surat ini. Meski begitu, surat ini merupakan salah satu surat Paulus yang diperdebatkan oleh para ahli tafsir mengenai apakah benar penulisnya adalah Paulus sendiri atau bukan. Bahkan, ada sejumlah penafsir yang menganggap surat ini sebagai pseudopigrafa (tulisan yang memakai nama orang lain—biasanya tokoh besar—untuk dijadikan sebagai nama penulis). Di antara mereka, ada yang meyakini bahwa surat ini bukan ditulis oleh Paulus dan tidak ada keterlibatan langsung dari Paulus, sementara sebagian lainnya menganggap bahwa penulisnya adalah orang lain yang didiktekan langsung oleh Paulus.
Alasan utama keraguan para ahli adalah soal gaya sastra surat ini yang terkesan bukan gaya sastra Paulus. Keberatan-keberatan yang diajukan di antaranya adanya lebih dari dua puluh kosa kata “aneh”, yang tak lazim digunakan dalam surat-surat Paulus, sementara istilah-istilah yang justru khas digunakan Paulus mendapatkan pengertian baru dalam surat ini, misalnya kata mustērion, oikonomia, peripoiēsis, dan sebagainya.
Tetapi, mengingat surat ini ditulis di puncak masa pelayanan Paulus, yaitu ketika ia berada dalam penjara di Roma, sekitar tahun 60-63 Masehi. Maka, sebagian ahli lainnya justru melihat surat ini sebagai salah satu karya yang lahir dari proses panjang dalam perkembangan pemikiran teologis Sang Rasul, termasuk juga perubahan dalam gaya penulisan. Jarak waktu penulisan yang berbeda dengan “surat-surat besar” (Korintus, Galatia, dan Roma), menunjukkan secara tidak langsung bagaimana Sang Rasul telah bergulat sedemikian rupa dengan pengalaman penggembalaan dan teologis, sehingga membentuk model tulisan yang khas, seperti surat Efesus ini.
Menariknya, surat kepada jemaat di Efesus ini bukanlah satu-satunya yang berbeda secara sastra dan teologis dengan surat-surat besar. Surat ini memiliki kemiripan dengan dua surat lainnya, yaitu surat kepada jemaat di Kolose dan surat kepada Filemon. Ketiganya diyakini berasal dari periode yang sama, yaitu ditulis antara tahun 60-63 Masehi. Kemiripan ketiga surat ini bisa dilihat dari segi sastra, ajaran, dan juga penyebutan nama-nama orang yang ada di sekitar Paulus, misalnya Tikhikus (Ef. 6:21 dan Kol. 4:7).
Selain masalah penulis, masalah tujuan surat ini juga menjadi polemik di antara para penafsir Alkitab. Polemik ini muncul karena tidak adanya frasa “di Efesus” (1:1) dalam naskah-naskah kuno yang lebih tua dan terpercaya, misalnya dalam papirus Chester Beatty (200 M), Sinaiticus, dan Vaticanus. Selain itu, terdapat kejanggalan dengan pernyataan dalam 1:15 “aku telah mendengar tentang imanmu”. Pernyataan ini disebut janggal sebab hubungan Paulus dengan jemaat Efesus sangatlah dekat, dimana ia tinggal selama tiga tahun di sana. Jadi, agak janggal jika Paulus justru hanya “mendengar” tentang iman mereka. Kalimat seperti ini biasanya digunakan Paulus jika ia mengirimkan surat kepada jemaat yang belum ia kunjungi.
Dalam Kanon Marcion, surat ini disebut dikirimkan kepada jemaat di Laodikia. Sebagian ahli membandingkan hal ini dengan tulisan dalam Kolose 4:16 dimana ada permintaan kepada jemaat di Kolose untuk membaca surat yang dikirimkan kepada jemaat di Laodikia. Mereka menduga bahwa yang dimaksud dengan surat kepada jemaat di Laodikia itu adalah surat Efesus ini. Tetapi, tulisan dalam surat Kolose ini sekaligus mengonfirmasi bahwa Paulus tidak selalu mengirimkan surat kepada satu jemaat tertentu saja, tetapi juga kerap meminta agar suatu surat dibacakan kepada jemaat yang lain.
Jadi, meskipun banyak yang meragukan jika surat ini dikirimkan kepada jemaat di Efesus, tetapi konteks isi surat ini masih sangat relevan dengan kondisi jemaat Efesus, misalnya dalam 6:10-18 yang sesuai dengan gambaran pergumulan jemaat Efesus dalam Kis. 19:13-20.
Dari segi isi, surat ini dibagi menjadi dua bagian, yang menjadi karakteristik tulisan Paulus, yaitu pasal 1-3 berisi doktrin, yang menekankan bagaimana jemaat hidup menurut maksud dan tujuan Allah melalui penebusan dalam Kristus, dan pasal 4-6 yang berisi aplikasi etik mengenai kehidupan orang percaya. Inti dari surat ini menekankan bagaimana sebuah gereja dilihat bukan sebagai lembaga, melainkan sebagai persekutuan orang-orang percaya, dimana manifestasi pendamaian Allah dengan dunia dinyatakan. Kata-kata yang paling sering muncul dalam surat ini antara lain: “kasih”, “anugerah” (TB: “kasih karunia”), “kemuliaan”, “tubuh”, “jemaat”, “daging”, dan “kekayaan”.
Minggu I (6 Oktober 2024)
Hari Pekabaran Injil Indonesia & Hari Perjamuan Kudus se-Dunia (HPII – HPKD)
JADILAH YANG PERTAMA DAN MAU MELAYANI
Markus 9: 30-37; Efesus 1: 15-23
Dipadukan dengan tema dari PGI.
Menjadi yang pertama dan yang terbesar di hadapan Tuhan, bukan soal kekuasaan dan kekayaan duniawi, tetapi bagaimana menjadi pelayan bagi semua orang (Mrk. 9:30-37). Sebab, orang-orang yang telah ditebus oleh Kristus diperlengkapi dengan kemuliaan Kristus, yang tak sebanding dengan kemuliaan dunia (Ef. 1:15-23).
Sebagai orang percaya, amatlah penting bagi kita untuk mengaplikasikan iman pada bentuk-bentuk pelayanan kasih kepada semua orang. Dengan jalan itulah kita menjadi yang pertama dan yang terbesar di hadapan Tuhan.
FOKUS: Bagaimana menumbuhkan spirit untuk melayani semua orang?
REKOMENDASI LAGU PENGANTAR FIRMAN TUHAN:
- “B’rikanku Hati-Mu”;
- “Mereka Perlukan Kasih Tuhan”
- “Hanya Dekat Kasih-Mu Bapa”
- dan lagu-lagu yang menekankan betapa besar dan dalamnya kasih Tuhan, dan kita dipanggil untuk menyatakan kasih itu.
Minggu II (13 Oktober 2024)
BEKERJA SUPAYA BERBAGI
Efesus 4:28
Hidup dalam iman dan kasih Kristus haruslah menampakkan perbedaan yang kontras dengan hidup orang-orang yang tidak mengenal Kristus, sebab di dalam Kristus kita mengalami pembaruan roh dan pikiran, yang seharusnya menuntun pada perubahan paradigma, sikap dan perilaku.
Salah satu hal praktis yang dicontohkan Paulus adalah dalam hal “bekerja” (kopiaō). Setiap orang percaya hendaknya meninggalkan hal-hal jahat dan fokus pada “pekerjaan yang baik” (agathos). Tujuannya pun perlu diselaraskan dengan panggilan hidup orang percaya, yaitu bukan semata-mata fokus mencari nafkah atau memperkaya diri, tetapi bagaimana supaya hidup menjadi berkat bagi semua orang.
FOKUS: Bagaimana supaya kita bisa keluar dari rasa malas atau zona nyaman dan fokus pada tanggung jawab bekerja dengan baik?
REKOMENDASI LAGU PENGANTAR FIRMAN TUHAN:
- “Walau Ku Tak Dapat Melihat”
- “Bejana-Mu”
- “Sampai Akhir Hidupku”
- dan lagu-lagu yang menekankan betapa berharganya kita di hadapan Tuhan, sehingga kita punya kekuatan besar menghadapi tantangan apa pun dalam dunia ini
Minggu III (20 Oktober 2024)
KELUARGA KRISTEN
Efesus 5:22-6:4
Keluarga Kristen dibangun atas dasar kasih Kristus, yang dimanifestasikan dalam struktur rumah tangga Kristen, dimana suami berperan sebagai kepala dan sebagai simbol Kristus, istri sebagai simbol jemaat, dan anak-anak sebagai pewaris kehidupan iman dan rohani. Dalam aplikasinya, struktur keluarga ini membutuhkan ketundukan istri, kasih dan pengorbanan suami, ketaatan anak-anak, dan tanggung jawab orang tua.
FOKUS: Bagaimana membangun kesadaran menjadi suami yang mengasihi dan mau berkorban bagi keluarga, istri yang tunduk pada suami, orang tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan rohani anak, serta anak-anak yang menghormati orang tua?
REKOMENDASI LAGU PENGANTAR FIRMAN TUHAN:
- “Keluarga Hidup Indah”
- “Aku dan Seisi Rumahku”
- “Keluarga Allah”
- dan lagu-lagu yang menekankan keluarga yang berlandaskan kasih Kristus
Minggu IV (27 Oktober 2024)
PPF Minggu Oikumene (Reformasi) – PGI Wilayah DKI Jakarta
TAAT DAN TULUS
Efesus 6:5-9
Ada begitu banyak pesan dalam Alkitab yang menekankan soal ketaatan, sebab ketidaktaatan menjadi tanda kejatuhan pertama manusia di Taman Eden. Manusia bergumul untuk taat kepada Tuhan, bahkan Kristus sendiri menjadi simbol ketaatan yang sempurna agar setiap orang yang percaya kepada-Nya dan telah menerima penebusan dan pendamaian di dalam Dia, juga bisa mengamalkan ketaatan dalam kehidupan sehari-hari.
Begitu juga dalam lingkungan pekerjaan, kita diajarkan untuk menjadi orang yang taat dan tulus hati dalam bekerja. Tidak mencari muka, tidak juga bermuka dua, melainkan melakukan segala kebaikan di tempat kita bekerja. Demikian juga para “tuan” atau mereka yang diberi kedudukan lebih tinggi dalam pekerjaan, hendaknya menunjukkan karakter Kristus sebagai atasan.
FOKUS: Bagaimana membangun sikap taat dan tulus dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai pekerja maupun sebagai atasan di lingkungan kerja.
REKOMENDASI LAGU PENGANTAR FIRMAN TUHAN:
- “Tetap Setia”
- “Setia Sampai Akhir”
- “Ku Taat Perintah-Mu”
- dan lagu-lagu yang menekankan tentang ketaatan kepada Tuhan dan ketaatan dalam kehidupan sehari-hari.