Oktober 2023

Secukupnya

Matius 6: 11
Bagikan di:

“Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” 
Matius 6: 11

Pengantar

Pada peristiwa penciptaan, Allah digambarkan sebagai “Allah yang bekerja” (bdk. Kej. 2: 2). Ketika Ia menciptakan manusia, Ia juga menyuruh mereka untuk mengerjakan dan memelihara Taman Eden (bdk. Kej. 2: 15). Tetapi, ketika manusia jatuh ke dalam dosa, “bekerja” seakan-akan menjadi kutukan. Padahal, yang dikutuk adalah “tanah” (adamâ). Manusia harus “bersusah payah” untuk mencari rezeki (bdk. Kej. 3: 17).

Di bagian-bagian lain dalam Alkitab, kemalasan dikecam (bdk. Ams. 12: 27; 18: 9; 21: 25), sementara orang yang bekerja dihargai (bdk. Mzm. 10: 4; 2Tes. 3: 10; 2Tim. 2: 6). Namun, kita juga tidak boleh memberhalakan pekerjaan, sehingga menjauhkan kita dari Tuhan. Intinya, kita perlu menjaga keseimbangan antara mengumpulkan “harta di dunia” dan “harta di surga”. Bahkan, pekerjaan kita hendaknya untuk memuliakan Tuhan.

Karena itu, sangatlah penting memiliki “rasa cukup” atau—dengan kata lain—memiliki spiritualitas keugaharian, yang membutuhkan pengendalian diri. Sebagai orang percaya, kita diajak untuk belajar dari Doa Bapa Kami, “berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat. 6: 11). Artinya, kita belajar dari kebutuhan tubuh kita. Jika kita kurang menyuplai makanan ke dalam tubuh, maka tubuh kita akan sakit. Begitu juga sebaliknya, jika kita menyuplai terlalu banyak, maka tubuh juga akan sakit.

Di sepanjang bulan Oktober ini, GKRIDC mengangkat topik ini untuk mengajak jemaat mengevaluasi diri mengenai keadaannya sendiri, serta kebersamaan dalam satu komunitas orang percaya. Apakah kita sudah mencukupi kebutuhan kita atau belum? Atau sebaliknya, jangan-jangan kita sedang “kegemukan” sendiri menimbun kekayaan duniawi, sehingga kehilangan spirit untuk berbagi dengan sesama.

Hari Pekabaran Injil Indonesia (HPII) & Hari Perjamuan Kudus se-Dunia(HPKD)
Minggu I (1 Oktober 2023)

PERINTAH ALLAH: YA DAN LAKUKAN
Matius 21: 23-32

FOKUS: “Pentingnya percaya dan melakukan firman TUHAN”

Pengantar Nats:

Pertanyaan imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi tentang “kuasa” (exousia) atau “otoritas” Tuhan Yesus dijawab dengan elegan oleh Tuhan Yesus dengan menanyakan kuasa baptisan Yohanes. Bukan karena Ia tidak tahu atau meragukan otoritas Yohanes, tetapi lebih bertujuan untuk menyingkapkan motif di balik pertanyaan imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Tuhan Yesus melanjutkan dengan perumpamaan tentang dua anak yang merespons perintah bapak mereka. Anak pertama menolak, tetapi kemudian menyesal, sementara anak kedua menerima, tetapi tidak melaksanakan.

Aplikasi:

Kita berhadapan dengan orang-orang yang “keras hati” karena fokus pada “kuasa manusia” daripada “kuasa surga”. Mereka yang memberitakan kebenaran tetapi lebih mementingkan kenyamanan dan keselamatan diri sendiri ketimbang fokus pada pemberitaan kebenaran. Ada juga yang tidak mengalami perubahan mindset meskipun telah menerima firman kebenaran. Sangatlah penting untuk tidak sekedar membaca dan mendengarkan firman Tuhan, tetapi juga mengalami perubahan mindset dan melakukan firman Tuhan dalam hidup kita.

Poin-poin Penting:

  • Sebagai murid-murid Kristus, kita harus “percaya” (pisteuō) kepada firman Tuhan. Percaya dalam arti “yakin teguh” dan menerima firman Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup.
  • Percaya pada firman Tuhan akan mengarahkan kita untuk mengalami “perubahan mindset” (metamellomai).

 

Minggu II (8 Oktober 2023)
BEKERJA & BERUSAHA
Kejadian 2: 8-15

FOKUS: “Pandangan Alkitab tentang bekerja dan berusaha”

Pengantar Nats:

Tuhan membuat taman di Eden dan menempatkan manusia di sana. Taman itu begitu indah dan dihiasi dengan berbagai tanaman, menggambarkan keadaan natural dimana manusia hidup. Manusia ditempatkan di Taman Eden supaya manusia bisa “mengerjakan” (‘avad) dan “memelihara” (shamar) taman itu, agar taman itu tetap indah dan memberikan hasil untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Aplikasi:

Meskipun Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk berdoa dan meminta apa saja “dalam nama-Nya”, tetapi bukan berarti kita menjadi pasif menjalani hidup ini. Sebab, Tuhan memerintahkan manusia untuk bekerja/ berusaha sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, yaitu ketika Ia menempatkan manusia di Taman Eden. Tuhan menghendaki manusia itu tidak malas menjalani hidup, dan sama seperti manusia ditugaskan untuk mengerjakan dan memelihara taman Eden, maka di dunia ini pun perintah itu tetap berlaku, untuk mengerjakan dan memelihara dunia ini agar tetap layak untuk dihuni dan bisa memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Poin-poin Penting:

  • Tuhan menempatkan manusia di dunia ini—sama seperti ketika Ia menempatkan manusia di Taman Eden, yaitu supaya manusia mengerjakan dan memelihara dunia ini dengan menjaga sifat alami dunia ini agar tidak rusak dan merugikan manusia sendiri.
  • “Bekerja” dan “berusaha” bukanlah kutukan Tuhan, sebab yang dikutuk adalah “tanah” (adamâ) (bdk. Kej. 3: 17). Justru, bekerja dan berusaha adalah cara yang harus dijalani manusia untuk mendapatkan hasil dari tanah yang telah dikutuk itu.

 

Minggu III (15 Oktober 2023)
MENGUSAHAKAN BERKAT TUHAN
Amsal 10: 1-7

FOKUS: “Mengumpulkan Harta Dengan Cara yang Baik”

Pengantar Nats:

Amsal-amsal ini bersifat distikon dan tidak memiliki alur cerita, sehingga setiap ayat bisa dilihat berdiri sendiri-sendiri. Tetapi, intinya amsal ini fokus pada kebaikan dan kejahatan, berkat dan kutuk. Khusus perikop ini berbicara tentang kebaikan dan kejahatan dalam mengumpulkan harta. Harta yang baik adalah harta yang diperoleh dengan bijaksana (khakham), benar (tsedaqâ/ tsadīq), rajin (kharūts), dan berakal budi/ cerdas (sakhal).

Aplikasi:

Meskipun ada cukup banyak ayat dalam Alkitab yang memandang harta sebagai sesuatu yang kurang baik, tetapi bukan berarti Alkitab menolak orang untuk mengumpulkan harta di dunia, bahkan menjadi kaya. Yang terpenting adalah bagaimana kita mendapatkan harta dengan cara yang bijaksana, benar, rajin, dan cerdas. Itulah harta yang merupakan berkat Tuhan. Sebaliknya, harta yang diperoleh dengan cara yang curang, bebal, fasik, dan malas akan menjadi kutukan.

Poin-poin Penting:

  • Berjuang untuk mengumpulkan harta bukanlah sesuatu yang jahat, tetapi cara yang digunakan haruslah cara yang dikehendaki Tuhan
  • Orang dihargai bukan dari hasil akhir semata, tetapi juga proses meraih yang terbaik dalam hidupnya.

 

PPF PGIW DKI Jakarta
Minggu IV (22 Oktober 2023)

JANGAN TAMAK
Lukas 12: 13-21

FOKUS: “Berjaga-jaga dan waspada terhadap ketamakan”

Pengantar Nats:

Tuhan Yesus diperhadapkan dengan kasus sengketa warisan, tetapi Ia menolak menangani kasus itu dan justru mengingatkan orang-orang untuk mewaspadai ketamakan. Ada dua pandangan soal kasus ini, yang pertama melihat bahwa orang ini sedang berusaha mendapatkan warisan yang sama banyak dengan saudaranya, yang mana hal itu bertentangan dengan hukum Taurat. Dengan demikian, teguran Tuhan Yesus justru ditujukan kepada orang itu. Pandangan lain, bahwa saudara orang itu memang berlaku tidak adil dengan menahan atau bahkan mengambil hak warisan yang bukan bagiannya. Artinya, Tuhan Yesus menjadikan saudara orang itu sebagai contoh ketamakan.

Aplikasi:

Tidak ada yang salah dalam hal menjadi kaya, tetapi jika kita menjadi kaya untuk diri kita sendiri, maka sia-sialah kekayaan itu. Tuhan menghendaki kita menjadi kaya di mata Allah, artinya kehadiran kita juga menjadi saluran berkat bagi orang lain yang membutuhkan.

Poin-poin Penting:

  • Pentingnya membuang sikap egois dan individualistis dalam kehidupan bersama, sebab Tuhan menghendaki kita menjadi orang-orang yang peduli pada orang lain.
  • Tetap fokus untuk menjadi kaya di mata Allah.

 

Minggu V (29 Oktober 2023)
KEUGAHARIAN

1Timotius 6: 6-10

FOKUS: “Hidup Dalam Keugaharian”

Pengantar Nats:

Bagian akhir dari surat Rasul Paulus yang pertama kepada Timotius, muridnya, ia mengingatkan Timotius untuk memiliki etos hidup berkecukupan atau memiliki “rasa cukup” (autarkeia).

Aplikasi:

Jika mengikuti keinginan, maka manusia tidak akan pernah tercukupkan. Karena itu, kita dinasihatkan untuk memiliki “rasa cukup” atau merasa puas dengan apa yang dimiliki.

Poin-poin Penting:

  • Perlunya membangun autarkeia dalam hidup kita sebagai orang percaya.
  • Spiritualitas keugaharian dapat menuntun kita pada kepekaan dan kepedulian terhadap orang lain.

Bagikan di:

Penulis:

Yosi Rorimpandei

Koordinator Komisi Pengajaran GKRIDC

Pelayanan Kategorial

DC Kids

Pelayanan Anak
0895-1771-8474

Youth Habakuk

Pelayanan Remaja & Pemuda
0821-1303-2727

Debora

Pelayanan Kaum Perempuan
0812-9744-1129

Efata

Pelayanan Kaum Pria
0853-1083-3921

Permohonan Doa

Jika Saudara membutuhkan dukungan doa khusus untuk didoakan di setiap jam doa kami, silakan mengisi Form Permohonan Doa.

Klik Di Sini

Kontak

Kontak Kami

Jika Saudara membutuhkan informasi atau layanan konseling, silakan menghubungi kami.

Alamat:

KAPEL ALFA
Taman Alfa Indah Blok J-1 No. 39
Jakarta Selatan

WhatsApp:

+62815-1341-3809