Istilah “didaskalia” (διδασκαλία) merupakan istilah dalam bahasa Yunani yang berarti “pengajaran” (Roma 15: 4), “isi ajaran” (1Timotius 6: 3), dan juga mencakup “tindakan mengajar” (bdk. Roma 12: 7). Dalam Alkitab berbahasa Latin (Vulgata), kata ini diterjemahkan “doctrina“, yang kemudian diartikan “doktrin” dalam bahasa Indonesia. Kata doctrina ini berasal dari kata kerja docere (mengajar), yang juga menjadi akar dari kata doctour (pengajar/ bapak gereja), yang kemudian menjadi cikal bakal gelar akademik “doktor”.
Di dalam Alkitab, didaskalia merujuk pada ajaran-ajaran dasar, sebagaimana digunakan Paulus dalam surat-suratnya kepada Timotius, muridnya. Menurut Paulus, “pelayan Kristus yang baik” adalah pelayan yang terdidik dalam “pokok-pokok iman” (λόγους της πίστεως) dan “ajaran sehat” atau “ajaran yang bagus” (καλή διδασκαλία) (lihat 1Tim. 4: 6). Bahkan, Paulus mendorong Timotius untuk mengajari jemaat agar memberi penghormatan lebih kepada mereka yang “berkhotbah” dan “mengajar” (1Tim. 5: 17).
Kepada Titus, Paulus mengingatkan supaya ia memilih “penilik jemaat” (Yun: ἐπίσκοπος/ episkopos)—jabatan yang pada masa kini diemban oleh para gembala, pendeta, dan penatua—yang mendasarkan perkataan dan nasihatnya pada “ajaran yang sehat” (τῇ διδασκαλίᾳ τῇ ὑγιαινούσῃ) (Tit. 1: 9). Ketentuan ini sangat penting agar jemaat semakin didewasakan dengan pengajaran yang benar, sebab akan datang waktunya dimana orang-orang akan mencari guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya (bdk. 2Tim. 4: 3).
Dengan demikian, jika jemaat dibangun dan dibiasakan mengkonsumsi pengajaran yang sehat, maka mereka pun akan bertumbuh dalam pengajaran itu, dan akan terus-menerus mencari dan mewariskan pengajaran-pengajaran yang sehat. Sebaliknya, jika jemaat dibangun dan dibiasakan dengan pengajaran-pengajaran yang “tidak sehat”, yang tidak bersumber dari pemahaman Alkitab yang baik dan benar, maka jemaat pun akan bertumbuh dan terbiasa dengan pengajaran-pengajaran yang seperti itu.
Dengan visi gereja “memuridkan jiwa-jiwa bagi Kristus”, maka GKRIDC melihat pentingnya untuk senantiasa membekali jemaat dengan pengajaran-pengajaran yang sehat, yang sesuai dengan Alkitab dan tradisi pengajaran gereja. Hal ini pun dimulai dari khotbah-khotbah ibadah umum, mengingat semakin maraknya pengajaran-pengajaran yang berkembang di tengah-tengah jemaat, terutama dengan semakin mudahnya akses informasi di tengah perkembangan teknologi informasi.
Ajaran-ajaran yang diberikan dimulai dari pokok-pokok iman, mencakup doktrin tentang Allah, Kristus, Roh Kudus, Alkitab, Gereja, Keselamatan, Ibadah, Akhir Zaman, Persembahan, dan Misi. Pokok-pokok iman ini dipilih sesuai dengan maraknya ajaran-ajaran yang berkembang dalam jemaat. Selanjutnya, pokok-pokok yang lain akan diberikan kemudian.
Setelah melengkapi dengan ajaran-ajaran dasar, gereja akan melanjutkan dengan keseimbangan antara pengajaran dasar dan lanjutan, yang di dalamnya juga mencakup Etika Kristen.