Komik “Daredevil”—salah satu komik seri populer Marvel Comics—diluncurkan kembali bulan ini dengan tim kreatif yang baru serta sejumlah inovasi, termasuk hadirnya musuh baru yang menuai kecaman dari para pakar lintas agama.
Pada edisi #1 dikisahkan bahwa Matthew Murdock, yang merupakan identitas sipil Daredevil, menjadi imam Katolik di New York City. Sementara, musuh baru yang belum disebutkan namanya digambarkan memiliki tanduk panjang, janggut putih panjang, dan hidung bengkok, yang mana gambaran ini sangat mirip dengan propaganda anti-Yahudi yang dikembangkan oleh Nazi.
“Ilustrasi ini diambil dari tradisi kuno yang menjelek-jelekkan orang Yahudi dalam seni dan sastra untuk menggambarkan pertikaian antara kebaikan dan kejahatan,” kata Malka Simkovich, direktur studi Katolik-Yahudi di Catholic Theological Union, Chicago.
“Hidung dan janggut yang bengkok, serta dahi yang lapuk dan berkerut, menunjukkan bahwa tokoh antagonis yang dimaksud adalah seorang rabi setan,” kata Simkovich. Karena itu, ketika Daredevil mencoba menghadapi musuhnya itu dengan salib, maka tidak berdampak apa-apa.
Rabbi A. James Rudin, yang baru-baru ini menjadi rabi pertama yang dianugerahi gelar ksatria oleh Paus Fransiskus, menyebut penggambaran dalam komik itu “menjijikkan”.
“Ketika saya pertama kali melihat ilustrasi musuh Daredevil dalam versi baru buku komik ini, saya langsung terkejut dengan kemiripannya dengan poster yang mengiklankan film propaganda Nazi berjudul ‘Der Ewige Jude` (Yahudi Kekal),” kata Philip A. Cunningham, direktur Institut Hubungan Yahudi-Katolik di Universitas Saint Joseph, Philadelphia. “Orang mungkin berharap bahwa para pembuat komik akan lebih berhati-hati dalam menggambarkan kebencian semacam itu di zaman retorika antisemit sekarang ini”.
Sementara itu, Aaron Kuder, salah satu komikus yang membuat komik Daredevil menolak keras jika karyanya disebut antisemit. “Jika Anda membandingkan karya seni saya dengan propaganda Nazi... Ya, itu gila. Benar-benar gila. Juga sangat dan amat menghina,” tulisnya dalam balasan berupa email kepada RNS.
“Saya akan menunjukkan bahwa dalam propaganda Nazi yang saya tahu (saya bukan ahlinya) rambut hitam merupakan komponen kunci. Selain itu, badan yang pendek merupakan komponen visual utama. Tak satu pun dari keduanya merupakan komponen dalam desain penjahat... secara harfiah semua orang dapat memiliki fitur wajah besar dan rambut panjang. Tidak ada korelasinya di sini”.
Kuder juga menolak jika kemudian disamakan dengan seniman lain yang didisiplinkan Marvel, seperti dialami oleh salah satu komikus Indonesia, Ardian Syaf. Pada 2017, Marvel memecatnya dan menghapus gambar-gambar karya Ardian di komik “X-Men Gold” edisi #1, dimana Ardian memasukkan teks “QS 5:51” yang berarti Qur’an surat Al-Maidah 5:51 dan angka “212” yang merujuk pada Aksi Bela Islam dalam kasus Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Sejauh ini, Marvel tidak memberikan tanggapan mengenai penjahat baru di komik Daerdevil. Sementara, sejumlah orang melihat kasus ini sebagai sebuah ironi dalam sejarah Marvel, sebab Marvel sendiri didirikan oleh seorang Yahudi untuk mengisi kebutuhan mereka ketika mereka mengalami diskriminasi.
“Pada tahun 1930-an dan 1940-an para imigran Yahudi di New York dilarang masuk ke industri penting, sehingga para penerbit, penulis, dan seniman menciptakan industri mereka sendiri, yaitu komik,” kata pakar komik Roy Schwartz. “Mereka juga menciptakan genre milik mereka sendiri, yaitu pahlawan super. Komik pahlawan super pada dasarnya adalah sastra Yahudi”.
Hasilnya adalah hadirnya Superman, Batman, Captain America dan Spider-Man, yang semua penulis dan senimannya adalah Yahudi.
Daredevil sendiri diciptakan bersama pada 1964 oleh editor legendaris Marvel, Stan Lee, dan seniman Kristen bernama Bill Everett. Stan Lee sendiri bernama asli Stanley Martin Lieber. Orang tuanya adalah imigran Yahudi kelahiran Rumania.
Editor: OYR