Lagu Gam Gam, Mazmur yang Viral

Lagu Gam Gam, Mazmur yang Viral

Bagikan di:

Lirik lagu GAM GAM:

גם-גם-גם כי אלך
ב-בגיא צלמוות
לא-לא-לא אירא רע
כי אתה עמדי
שבטך ומשענתך
המה, המה ינחמני

(Gam gam) gam kī-elekh
(Be) begē’ tsalmaweth
(Lo’ lo’) lo’-irâ ra‘
Kī-attā ‘immadī

Shivtekha
ūmish‘antekha
(Hemmā)
hemmā yenakhamunī

Lirik lagu ini diambil dari Mazmur 23: 4, yang dalam Alkitab TB-2 diterjemahkan sebagai berikut:

Sekalipun aku berjalan
dalam lembah kekelaman,
aku tidak takut bahaya,
sebab Engkau besertaku;
gada-Mu dan tongkat-Mu,
itulah yang meneguhkan aku

Sejarah Lagu Gam Gam

Lagu ini diciptakan oleh Elie Botbol, seorang psikiatris yang tinggal di Paris. Ia adalah pengajar dan wakil presiden di Sinagoga Boulogne Billancourt, Perancis. Ia juga menjadi pemimpin komunitas Yahudi di Paris. Pada 1979 ia membentuk paduan suara anak-anak laki-laki berusia antara 15 dan 17 tahun. Kelompok paduan suara ini kemudian diberi nama Les Chévatim, yang merupakan transliterasi dari kata Ibrani: שבטים (shevatīm: “suku-suku”), merujuk pada dua belas suku Israel. Ia membimbing paduan suara ini selama 40 tahun. Lagu Gam Gam ini bahkan awalnya ia ciptakan khusus untuk Les Chévatim pada 1980-an, dan kemudian sering dinyanyikan oleh orang-orang Yahudi pada hari Sabat dan pada Hari Peringatan Holokaus Internasional.

Pada 1993, lagu ini diangkat menjadi soundtrack film Italia berjudul Jona che visse nella balena (Yunus yang tinggal di perut ikan) atau di Amerika Serikat dirilis dengan judul Look to the Sky. Film ini berkisah tentang anak-anak Yahudi pada zaman Adolf Hitler. Mereka tinggal di kamp-kamp konsentasi Nazi, Jerman, yang berujung pada peristiwa genosida terhadap 6 juta orang Yahudi, 1 juta gipsi, dan 15.000 kaum homoseksual.

Pada 2010, Marnik & SMACK me-remix lagu ini, sehingga menjadi populer di kalangan pengguna media sosial. Bahkan, di Indonesia juga muncul versi koplo lagu ini, meskipun netizen Indonesia sering keliru menyebut judul lagu ini menjadi Gam Gam Biara atau Gam Gam Piri.

Refleksi Teologis

Jika kita membaca secara keseluruhan Mazmur 23 ini (ayat 1-6), maka mazmur yang ditulis oleh Raja Daud ini merupakan lirik terindah yang relevan dengan segala zaman dan situasi. Kata-kata di dalam mazmur ini merupakan refleksi Sang Raja atas kebaikan, perlindungan, dan pemeliharaan TUHAN yang luar biasa. Penyebutan “TUHANlah Gembalaku” (יְהוָה רֹעִי/ YHWH ro‘i) berangkat dari pengalaman pribadi Daud sebagai seorang gembala, sehingga menghasilkan refleksi yang mendalam terhadap kebaikan TUHAN. “TUHAN adalah Gembalaku!” Ya, penggunaan kata ganti orang pertama tunggal di sini langsung menyentuh hati kita secara personal, bahwa TUHAN Yang Mahakuasa itu, Sang Khalik alam semesta, bisa juga menjadi milik pribadi kita, tanpa mengurangi Pribadi-Nya yang adalah milik semua orang. Bahkan, dalam teks Ibraninya, kata “Gembalaku” (רעי)—yang tersusun atas huruf-huruf: rēsh-‘ayin-yōd—jika dibaca: re‘i (רֵעִי), bisa berarti “sahabatku” (bdk. 1Taw 27: 33 dan 1Raj. 4: 5).

Bagi Raja Daud, sebagai Gembala, TUHAN tak hanya menyediakan kebutuhan makanan dan minuman bagi domba-domba-NYA (ay. 1-2), tetapi juga menenangkan jiwa dan menuntun di jalan yang benar (ay. 3), bahkan meskipun harus melewati “lembah kekelaman” (גֵיא צַלְמָוֶת/ gē’ tsalmaweth) (bisa juga berarti “lembah/jurang maut”), tak ada yang harus ditakuti, sebab Sang Gembala berjalan bersama domba-domba-NYA.

Tidak banyak orang bisa mencapai titik keintiman dengan TUHAN seperti Raja Daud dengan segala kekayaan pengalamannya. Mulai dari dalam keluarganya, ia hanya dianggap sebagai “pemuda imut” yang tak pantas berperang dibanding kakak-kakaknya. Ia hanya diberi tugas menggembalakan kambing domba keluarganya, sementara kakak-kakaknya berjuang untuk negara. Tetapi, pengalaman menggembalakan kambing domba membuatnya diberi keberanian dan kemampuan bertarung yang sesungguhnya.

Ketika ia memenangkan pertarungan melawan Goliat, ia berhasil membangkitkan semangat pasukan Israel, tapi bukan medali penghargaan yang ia dapatkan dari Raja Saul, melainkan permusuhan, yang membuat ia menjadi buruan Saul, hingga harus bersembunyi dan berpindah-pindah tempat.

Pengalaman paling menyakitkan bagi Raja Daud adalah pengalaman dalam rumah tangganya, ketika ia harus dihukum TUHAN dengan kematian anaknya bersama Batsyeba lantaran tindakan Daud merebut Batsyeba dari Uria. Daud berkabung atas peristiwa itu, tetapi hal itu tak menyurutkan kedekatan Daud kepada TUHAN.

Tidak jelas pengalaman pahit mana yang membuat Daud menuliskan syair pada ayat 4 dalam Mazmur 23. Tetapi, satu hal yang pasti adalah pelajaran berharga yang ia dapatkan dari pengalamannya itu, yaitu kerelaan untuk dituntun dan dibimbing TUHAN. Hal ini tersirat dari kalimat terakhir pada ayat ini: “שִׁבְטְךָ֥ וּ֜מִשְׁעַנְתֶּ֗ךָ הֵ֣מָּה יְנַֽחֲמֻֽנִי׃” (shivtekha ūmish‘antekha, hemmā yenakhamunī), artinya: “gada-Mu (shivtekha) dan tongkat-Mu (mish‘antekha), itulah yang meneguhkan aku”.

“Gada” (שֵׁבֶט/ shevet) dan “tongkat” (מִשְׁעֶנֶת/ mish‘eneth) sebenarnya sama-sama merujuk pada tongkat gembala, tetapi masing-masing punya fungsi yang berbeda. Gada atau shevet biasanya digunakan gembala untuk mengumpulkan atau menghitung domba (bdk. Im. 27: 32; Yeh. 20: 37) juga untuk melindungi mereka (bdk. Mi. 7: 14). Dalam konteks luas, gada juga digunakan sebagai senjata (2Sam. 23: 21) dan sebagai cambuk untuk mendisiplinkan budak (Kel. 1: 20), orang bodoh (Ams. 10: 13), dan anak-anak (Ams. 13: 24). Jadi, “gada” yang dimaksud dalam mazmur ini bisa dikatakan “tongkat teguran”. Sementara, “tongkat” atau mish‘eneth dari kata sha‘an (שָׁעַן) yang berarti “bersandar” atau “percaya”. Dalam Kel. 21: 19, mish‘eneth digunakan untuk membantu orang sakit berjalan, begitu juga dalam Za. 8: 4 merujuk pada tongkat yang digunakan untuk membantu lansia berjalan. Dari pengertian ini maka dapat disimpulkan bahwa “tongkat” yang dimaksud dalam mazmur ini adalah “tongkat penopang”.

Kirim Donasi
Bagikan di:
Penulis:

Yosi Rorimpandei

Koordinator Komisi Pengajaran GKRIDC

Live Streaming...

IBADAH MINGGU KE-1

Minggu, 02 Feb 2025 10:00 WIB

Ibadah GKRI Diaspora Copylas minggu ke-1

Live Streaming
  • 00
    HARI
  • 00
    JAM
  • 00
    MNT
  • 00
    DTK

Kontak Kami

Jika Anda membutuhkan informasi, layanan konseling atau ingin beribadah bersama kami, silakan menghubungi kami

Alamat:

KAPEL ALFA
Taman Alfa Indah Blok J-1 No. 39
Jakarta Selatan

WhatsApp:

0815-1341-3809