Semoga Allah, sumber ketekunan dan penghiburan, memberikan kepada kamu hidup yang sehati sepikir, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus KristusRoma 15: 5-6 (TB2)
Bacaan Lengkap: Roma 15: 1-7
1 Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. 2 Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya. 3 Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: “Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku.” 4 Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. 5 Semoga Allah, sumber ketekunan dan penghiburan, memberikan kepada kamu hidup yang sehati sepikir, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, 6 sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus. 7 Sebab itu terimalah satu sama lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.
Dalam Roma 15, Rasul Paulus melanjutkan pengajaran etisnya kepada jemaat di Roma. Pengajaran kali ini fokus pada hidup dalam kebersamaan, dimana jemaat diajarkan untuk saling menanggung dan hidup dalam kerukunan. Inti dari semua ajaran Paulus di sini adalah soal penyangkalan diri dan kerendahan hati. Semuanya ini bersumber langsung dari keteladanan Kristus (lihat ay. 3).
Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Roma untuk mendasari relasi mereka dengan dasar utama kekristenan, yaitu hidup dalam kasih. Karena itu, jemaat diimbau untuk fokus pada kepentingan bersama dengan membuang segala ego masing-masing agar keutuhan dan kesatuan dapat terpelihara dengan baik.
Demikian juga halnya dalam kehidupan keluarga Kristen, sangatlah penting mendasari segala sesuatu dalam kasih dan kebersamaan, termasuk dalam berbicara atau berkomunikasi. Seorang suami atau istri seharusnya mengesampingkan egonya dan memikirkan kepentingan bersama, begitu juga dalam komunikasi antara orang tua dan anak-anak. Tidak ada istilah “menang-kalah” dalam penyelesaian konflik keluarga, sebab yang diperjuangkan adalah kepentingan bersama, yaitu kepentingan keluarga. Karena itu, setiap bentuk komunikasi haruslah diletakkan dalam kerangka bersama, yaitu keutuhan keluarga. Amin!