Film Animasi Yesus Sedang Diproduksi Dengan Melibatkan Teologi, Sejarawan, dan Animator Terbaik

Bagikan di:

Cru, dulunya dikenal dengan nama Campus Crusade for Christ, yang membuat film “Jesus” pada empat dekade silam, kembali menggarap film Yesus dalam versi animasi, yang rencananya akan dirilis di bioskop sekitar Natal 2025.

Produksi film digarap oleh Jesus Film Project, sebuah lembaga pelayanan Cru yang pertama kali membuat film Jesus pada 1979. Jesus Film Project bekerja sama dengan Premise Entertainment, yang pernah terlibat dalam pembuatan film-film animasi Disney, seperti “Pocahontas”, “The Lion King”, “Brother Bear”, dan banyak lagi.

Dalam pengumuman peluncuran proyek baru tersebut di Museum of the Bible, Washington, pada Kamis (30/11/2023), Pastor David Platt, seorang ahli misi internasional berkata, “Apakah Anda menyadari bahwa ada lebih banyak orang di dunia saat ini yang memiliki sedikit atau bahkan tidak tahu sama sekali tentang Yesus dibandingkan sebelumnya dalam sejarah?”.

“Sungguh sebuah kesempatan yang kita miliki untuk menggunakan media yang telah Tuhan tetapkan untuk menjangkau tidak hanya masyarakat, tapi juga generasi berikutnya dengan Injil,” kata Platt.

Selain di Washington, acara peluncuran proyek film animasi ini juga diadakan di Korea Selatan dan Uganda.

Pada tahun 1979, film “Jesus” dirilis dan menjadi film yang diterjemahkan ke dalam paling banyak bahasa di dunia, berdasarkan Guinness World Book of Records, dimana film tersebut berhasil diterjemahkan ke dalam 2.100 terjemahan.

Direktur eksekutif Jesus Film Project, Josh Newell, mengatakan bahwa ia melihat animasi sebagai sarana yang tepat untuk berbicara kepada generasi muda tentang kehidupan Yesus. “Animasi adalah cara yang menarik untuk menyampaikan cerita,” katanya dalam sebuah wawancara. “Ada resonansi moral yang dimiliki orang-orang terhadap kisah Yesus, bahwa apa yang Ia ajarkan adalah baik dan benar, serta relevan untuk anak-anak dan keluarga”.

Film animasi ini digarap dengan melibatkan para ahli sejarah dan teologi. Tujuannya adalah agar penggambaran wajah dan pakaian karakter film bisa seakurat mungkin dengan kehidupan di zaman Yesus, termasuk Yesus sendiri.

“Dia dari Timur Tengah, Dia seorang Yahudi, jadi kami tahu ada warna kulit tertentu, tekstur, dan hal-hal lainnya, karena dari sinilah Dia berasal,” kata Dominic Carola, sutradara yang juga pernah mengerjakan film-film animasi terkenal, seperti “The Lion King”, “Mulan”, dan “Lilo & Stitch”. Carola sendiri merupakan pendiri dari Premise Entertainment dan telah bekerja sama dengan studio mitra lainnya, termasuk Universal dan DreamWorks.

“Kami tidak ingin Dia menjadi seorang peselancar dari Malibu atau terlihat seperti seseorang dari majalah GQ [sebuah majalah pria yang fokus pada mode, gaya, dan budaya kaum pria, red]. Dia berjalan di antara kita, dan dia hidup dalam daging. Jadi, kami perlu melalui proses yang sangat ketat untuk mencoba tetap berada di jalur yang tepat”.

Carola menambahkan bahwa tim animasi akan “sangat berhati-hati” dalam mengangkat bagian-bagian tertentu dari kisah Yesus, misalnya kisah penyaliban Yesus.

“Tentu saja kami tidak ingin mengecilkan apa yang telah Ia lakukan untuk kita, namun kami tentu saja tidak bisa menunjukkannya ke level seperti ‘The Passion of the Christ’,” katanya. “Kami tidak akan melakukan seperti itu. Jadi ini adalah garis yang tepat”.

Carola sendiri menganggap film animasi ini sebagai proyek yang paling bermakna dan berdampak.

“Saya mendapat kehormatan untuk mengerjakan banyak film dan proyek, dan sejauh ini, ini adalah yang paling bermakna dan berdampak,” kata Carola. “Merupakan suatu kehormatan untuk menghidupkan film ini dengan tim yang luar biasa. Kami bersandar pada elemen klasik dari Zaman Keemasan Ilustrator dengan tujuan membuat film yang bagus, yang sesuai dengan konten ceritanya”.

Pembuatan film ini juga sangat profesional dengan melibatkan tim yang sudah sangat berpengalaman. Ray Aguerrevere dan Stuart Lowder didaulat sebagai produser, sementara penulis naskah dipegang oleh Barry Cook dari film “Wulan”. Kepala produksi yaitu Jason Fricchione, yang pernah menggarap franchise “Ice Age”. Produser lini oleh Tracey Dispensa dari film “How to Train Your Dragon”, supervisor VFX oleh John Helms dari franchise “Star Wars”, desainer produksi oleh Armand Serrano dari film “Big Hero 6”, dan editor utama oleh Lauren Stevens dari film “Spies in Disguise”.

“Saat kami mulai membuat film global yang unik ini untuk penonton global, saya terus kagum dengan talenta dan tim pemenang penghargaan yang bersatu untuk membuat film ini dan pengalaman digital mendalam yang mereka punya,” kata Aguerrevere.

“Bagi saya, aspek yang paling menarik adalah cari kami dapat menerapkan kembali aset-aset dari film animasi Jesus untuk menciptakan pengalaman yang dapat diakses di berbagai platform termasuk realitas virtual (VR), augmented reality (AR) dan Metaverse yang sedang berkembang”.

Dalam peluncuran itu, ditayangkan klip ketika Yesus membangkitkan putri Yairus. Menurut Newell, klip itu mendapatkan reaksi positif bahkan dari mereka yang belum pernah mendengar tentang Yesus.

Film “Jesus” tahun 1979 menggunakan gaya dokudrama berdurasi dua jam, sementara versi animasi ini diperkirakan akan berdurasi sekitar 90 menit. Keduanya didasarkan pada Injil Lukas, meskipun alur ceritanya akan berbeda dalam versi animasi.

“Kami akan berlama-lama di saat-saat dimana tidak ada kata-kata dalam Alkitab, dan kita akan melihat bagaimana Yesus berinteraksi dengan cara yang baru, yang tidak kita lihat di versi sebelumnya,” kata Newell. “Akan ada beberapa adegan mengejutkan yang ditambahkan ke dalamnya, yang menurut kami benar-benar menyenangkan dan bermakna dari Injil Lukas yang akan kami bagikan”.

Pada pertengahan November, kata Newell, sekitar sepertiga dari perkiraan biaya proyek sebesar 150 juta dollar AS atau sekitar 2,3 milyar rupiah telah terkumpul. Beberapa donatur memberikan sumbangan untuk menghormati Paul Eshleman, pendahulu Newell, yang meninggal pada 24 Mei di usia 80 tahun.

Newell berharap versi animasinya akan diluncurkan dalam 100 bahasa dan dalam tiga hingga lima tahun kemudian bisa diterjemahkan ke dalam 2.100 bahasa seperti film “Jesus” 1979.

Terjemahan terbaru yang berhasil dibuat adalah terjemahan bahasa suku Waorani di Ekuador. Terjemahan ini melibatkan para pengisi suara dari berbagai komunitas Waorani.

Gabe Handy, direktur program eksekutif film tersebut berharap kualitas animasinya akan setara dengan film animasi Alkitab lainnya, seperti “The Prince of Egypt”. Hanya saja, film animasi Yesus akan menggunakan animasi tiga dimensi yang setara dengan film garapan Pixar, “Toy Story”.

“Mereka menggunakan realitas virtual dalam proses pra-produksi, dalam beberapa desain dan pemodelan yang mereka lakukan,” kata Handy. “Karena mereka melakukannya dengan cara seperti itu, hal ini menghasilkan beberapa aset bagi kami yang dapat kami terapkan lebih dari sekadar membuat film”.

Para produser berharap dapat membuat rekaman tambahan untuk digunakan dalam pengalaman digital yang lebih dalam. Penggunaan kata mata realitas virtual, misalnya, yang akan mengikuti Yesus sepanjang Via Dolorosa saat ia mendekati Golgota atau dalam pelayaran-Nya di Danau Galilea dimana Alkitab menceritakan bagaimana Yesus menenangkan air dan topan.

Bagikan di:

Penulis:

Yosi Rorimpandei

Koordinator Komisi Pengajaran GKRIDC

Pelayanan Kategorial

DC Kids

Pelayanan Anak
0895-1771-8474

Youth Habakuk

Pelayanan Remaja & Pemuda
0821-1303-2727

Debora

Pelayanan Kaum Perempuan
0812-9744-1129

Efata

Pelayanan Kaum Pria
0853-1083-3921

Permohonan Doa

Jika Saudara membutuhkan dukungan doa khusus untuk didoakan di setiap jam doa kami, silakan mengisi Form Permohonan Doa.

Klik Di Sini

Kontak

Kontak Kami

Jika Saudara membutuhkan informasi atau layanan konseling, silakan menghubungi kami.

Alamat:

KAPEL ALFA
Taman Alfa Indah Blok J-1 No. 39
Jakarta Selatan

WhatsApp:

+62815-1341-3809