“Namun, harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari kami” (2Korintus 4:7)
Pengantar
Setelah suratnya yang pertama, Rasul Paulus meluangkan waktu sebentar untuk mengunjungi jemaat di Korintus, tetapi kunjungan itu menjadi kunjungan yang menyedihkan, baik bagi Paulus maupun bagi jemaat di Korintus. Paulus menyesali kunjungan yang singkat itu, sebab jemaat akhirnya ditinggalkan dalam keadaan kacau (bdk. 2Kor. 1:23-2:2; 12:14; 13:1-2). Setelah kunjungan itu, Paulus berjanji untuk datang kembali ke Korintus, tetapi kunjungan itu batal, sehingga menimbulkan keraguan atas kewibawaan Paulus (2Kor. 1:15-16; 5:10; 7:12). Karena itulah, Paulus memutuskan untuk mengirimkan surat kepada jemaat itu dalam surat yang disebutnya “mencucurkan air mata” (bdk. 2:3-4). Surat ini diduga merupakan surat ketiga Paulus kepada jemaat itu setelah surat pertama yang diduga hilang (bdk. 1Kor. 5:9) dan surat kedua yang kemudian dikenal sebagai “1Korintus”.
Diperkirakan, surat ini ditulis ketika Paulus berada di Makedonia (bdk. Kis. 20:1) sekitar tahun 55 atau 56 Masehi. Di Makedonia, Paulus bertemu dengan Titus, yang membawa kabar dari Korintus. Dari Titus, Paulus memperoleh informasi bahwa jemaat di Korintus telah mengalami banyak perubahan positif sebagai respons atas surat Paulus yang sebelumnya. Namun, ada masalah lain yang kurang menyenangkan di sana, yaitu adanya salah kaprah atas perubahan rencana Paulus, yang membatalkan kunjungannya ke sana, sehingga ia disebut plinplan (bdk: 1:12-2:17). Selain itu, ada kelompok dalam jemaat yang meragukan kerasulan Paulus karena sikapnya yang dianggap arogan (bdk. 3:1-6:10; 10:1-12:18). Itulah sebabnya, di sepanjang surat ini penuh dengan pembelaan diri Paulus (bdk. 1-7; 10-13). Hanya sedikit sisipan tentang pengumpulan dana bagi jemaat di Yerusalem (8-9).
Kata-kata yang mengandung makna “kemuliaan” dan “kemegahan” sering digunakan Paulus dalam surat ini, yaitu kata-kata doxa (kemuliaan), doxasō (memuliakan), khaukhaomai (bermegah), dan khaukhēsis (memegahkan) cukup sering dalam surat ini. Uniknya, kata-kata ini digunakan Paulus untuk menepis tuduhan arogansi yang diberikan kepadanya sembari menekankan bahwa kemuliaan dan kemegahan yang ia banggakan adalah kemuliaan dan kemegahan Injil.
Di sisi lain, kata-kata yang kontras dengan “kemuliaan” dan “kemegahan” juga kerap ia gunakan, seperti lupē (dukacita/ kesedihan), lupeō (bersedih hati), thlibō (menderita), thlipsis (penderitaan), paskhō (sengsara), dan pathēma (kesengsaraan).
Paulus juga kerap menggunakan kata “hidup” (zaō) dan “kematian” (thanatos/thanatoō) untuk mempertegas penekanannya mengenai “kemuliaan”.
***
Minggu I (4 Agustus 2024)
HARTA DALAM BEJANA
Melayani karena kekuatan Allah
2Korintus 3-5
Rasul Paulus membahas kemuliaan Injil dengan membandingkan antara “perjanjian lama” dan “perjanjian baru”, serta kemuliaan Musa dengan kemuliaan dalam Kristus atau kemuliaan Injil. Bagi Paulus, dalam menunaikan pelayanan, kemuliaan Injil adalah yang utama, sebab kekuatan pelayanan hanyalah dari TUHAN.
Minggu II (11 Agustus 2024)
KARAKTER PELAYAN ALLAH
Pentingnya memiliki karakter yang kuat dalam melayani
2Korintus 6-7
Di pasal 6 dan 7, Rasul Paulus membela diri dan pelayannya. Dalam pembelaannya itu, Paulus menjelaskan tentang konsekuensi menjadi pelayan Allah, yang ia sebut sebagai “sunergountes”—meskipun penafsiran terhadap kata ini masih kontroversial di kalangan para ahli PB, apakah kata ini merujuk pada Tuhan ataukah jemaat Korintus. Dalam menghadapi konsekuensi itu, dibutuhkan karakter yang kuat, sebagaimana yang sudah ia teladankan.
Minggu III (18 Agustus 2024)
TELADAN MAKEDONIA
Memberi menurut kerelaan hati
2Korintus 8-9
Rasul Paulus menasihatkan jemaat Korintus untuk belajar dari keteladanan jemaat Makedonia, sebab meskipun mereka sedang menderita dan miskin, tetapi mereka mau terlibat mengumpulkan diakonia untuk jemaat-jemaat di Yerusalem. Karena itu, Paulus menyebut pelayanan jemaat Makedonia itu sebagai sebuah “anugerah” (kharis).
Minggu IV (25 Agustus 2024)
KUASA DALAM KELEMAHAN
Bermegah di dalam Tuhan
2Korintus 10:1-12:10
Di pasal 10-12, Rasul Paulus membela diri dalam hal tuduhan atas sikapnya yang dianggap pengecut dan sombong, serta statusnya sebagai seorang Rasul. Ia menyadari bahwa dirinya tak luput dari kelemahan, tetapi di dalam kelemahannya itulah ia merasakan kuasa Kristus yang besar, sehingga Kristuslah alasan utamanya untuk bermegah.