Bulan Doa Alkitab

Firman Yang Berkuasa Membarui

Yesaya 55: 6-13
Bagikan di:

“demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku; ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yesaya 55:11)

6 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! 7 Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya. Baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan menyayanginya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya. 8 Sebab, rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. 9 Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. 10 Sebab, seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, tetapi mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tanaman, memberikan benih kepada penabur dan makanan kepada orang yang mau makan, 11 demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku; ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya. 12 Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantar dengan damai; gunung-gunung serta bukit-bukit akan bergembira dan bersorak-sorai di depanmu, dan segala pohon di padang akan bertepuk tangan. 13 Sebagai ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar, dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon murad. Hal itu akan terjadi sebagai kemasyhuran bagi TUHAN, sebagai tanda abadi yang tidak akan lenyap.

Dua kalimat pembuka nats ini, yaitu: “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui” (דִּרְשׁ֥וּ יְהוָ֖ה בְּהִמָּצְא֑וֹ) dan “berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” (קְרָאֻ֖הוּ בִּֽהְיוֹת֥וֹ קָרֽוֹב) membentuk susunan paralel. Susunan paralel semacam ini sangat lazim dalam sastra Ibrani, yang dapat kita lihat dengan adanya dua atau lebih kata atau frasa, yang memiliki makna serupa atau bentuk kata yang sama. Misalnya dalam nats ini, kalimat pertama dan kedua sama-sama memulai dengan kata perintah (imperatif), yaitu kata “carilah” (דִּרְשׁוּ: dirshū) dan “berserulah” (קְרָאֻהוּ: qera’uhū). Artinya, kedua kata ini memiliki makna yang paralel, saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Jika kita membaca sekilas, maka kesannya ayat ini fokus pada “doa”. Tak jarang ayat ini pun disetir khusus untuk menekankan soal doa. Padahal tidaklah persis demikian, apalagi jika kita memperhatikan konteks ayat berikutnya (ay. 7-13), dimana tak satu pun ayat berbicara tentang doa. Jadi, apa yang mau ditekankan dalam perikop ini?

Kata perintah carilah (dirshū) berasal dari kata דָּרַשׁ (darash), artinya “mencari, menyelidiki atau mempelajari”. Kata מִדְרָש (midrash)—yang merupakan tradisi atau metode penafsiran Kitab Suci oleh kaum rabbinik Yahudi—juga berakar dari kata darash ini. Penekanan kata darash ini adalah soal belajar, mendalami dan menafsirkan, mirip dengan kata Arab: darasa (دَرَسَ‎), yang menjadi akar dari kata madrasah (مدرسة)—sebutan untuk sekolah-sekolah Islam. Jadi, makna frasa “carilah TUHAN” ini fokus pada tindakan untuk mencari TUHAN dengan “mendalami firman TUHAN”.

Sedangkan, kata “berserulah” (qera’uhū) digunakan tidak hanya dalam konteks “berdoa”, tetapi dalam konteks ibadah umum. Itulah sebabnya, dalam Targum Yerusalem, ayat ini diterjemahkan, “carilah TUHAN, dimana IA bisa ditemui, di tempat-tempat peribadatan (Aramaik: ܟܢܝܫܬܐ: knesta), dan di sekolah-sekolah (Aramaik: ܡܕܪܫܬܐ: madrashta); berserulah kepada-NYA, dimana IA dekat, di tempat-tempat peribadatan, dan di sekolah-sekolah”. Tentulah yang dimaksud dengan “sekolah-sekolah” (madrashta) merujuk pada sekolah-sekolah agama yang memang berkembang baik ketika Targum ditulis, dimana banyak anak-anak muda Yahudi mendalami kitab suci.

Jadi, kita mencari TUHAN di dalam firman-NYA, sebab TUHAN menyatakan diri-NYA melalui firman-NYA. Puncak penyataan itu adalah di dalam diri Kristus, yang adalah “Firman yang menjadi manusia” (bdk. Yohanes 1: 14). Firman itu telah diberitakan melalui pemberitaan para nabi dan para rasul, yang kemudian dicatat dalam Alkitab. Itulah sebabnya Alkitab menjadi dasar iman kita, dan kita wajib menguji segala sesuatu berdasarkan kebenaran firman TUHAN.

Dengan mendalami firman TUHAN, maka kita akan dituntun ke dalam pertobatan (ay. 7), memahami kehendak dan rencana TUHAN (ay. 8-9), yang pada akhirnya menuntun pada pembaruan hidup (ay. 10-13). Artinya, pembaruan hidup tidak akan mungkin terjadi jika kita hanya membaca dan mendalami firman TUHAN, tanpa disertai pertobatan dan pemahaman akan kehendak dan rencana TUHAN dalam hidup kita.

Inilah yang Rasul Paulus rangkum dalam 2Timotius 3: 16, ketika ia menuliskan, “Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”. Jadi, jika kita sungguh-sungguh ingin mencapai dan merasakan pembaruan oleh firman Allah, maka kita harus membuka hati untuk tahap-tahap di atas: Pertama, terbuka dan siap untuk belajar firman TUHAN. Belajar firman TUHAN bukan hanya sekedar membacanya setiap hari, tetapi juga menggalinya lebih dalam, sebab firman TUHAN adalah sumber utama pengetahuan kita tentang kebenaran. Ibarat sedang menuntut ilmu, kita perlu membaca buku berulang-ulang dan menggalinya terus-menerus agar kita mengerti dan memahami apa yang sedang kita pelajari.

Kedua, terbuka dan siap ditelanjangi oleh firman TUHAN. Firman TUHAN itu “menyatakan kesalahan” kita, yang tadinya terselubung atau tertutup karena ego atau pengetahuan kita, tetapi ketika kita belajar firman TUHAN, maka kita seperti berdiri di depan cermin dan memperhatikan dengan seksama wajah kita, bahkan seluruh tubuh kita. Dengan begitu, kita akan memahami kelemahan-kelemahan dalam diri kita.

Ketiga, terbuka dan siap dikoreksi dengan firman TUHAN. Ketika kita tahu kesalahan kita, bagaimana reaksi kita? Kecenderungan orang adalah mencari-cari alasan untuk pembenaran diri. Jika itu yang kita lakukan, maka firman TUHAN tidak berkuasa atas diri kita, sebaliknya ego kitalah yang akan menang.

Keempat, terbuka dan siap dididik dengan firman TUHAN. Firman TUHAN itu “mendidik dalam kebenaran”, dimana kata “mendidik” di sini diterjemahkan dari kata paidea (παιδεία), yang dalam bahasa Yunani merujuk pada pelatihan-pelatihan dan pendisiplinan. Pembaruan hanya mungkin terjadi jika kita mau didisiplinkan oleh kebenaran firman TUHAN. Ada yang harus dikorbankan, tetapi usaha tidak akan membohongi hasil. Semakin kita membuka diri terhadap tuntunan firman TUHAN, maka semakin besar peluang kita untuk mencapai pembaruan. Amin!

Bagikan di:

Penulis:

Yosi Rorimpandei

Koordinator Komisi Pengajaran GKRIDC

Pelayanan Kategorial

DC Kids

Pelayanan Anak
0895-1771-8474

Youth Habakuk

Pelayanan Remaja & Pemuda
0821-1303-2727

Debora

Pelayanan Kaum Perempuan
0812-9744-1129

Efata

Pelayanan Kaum Pria
0853-1083-3921

Permohonan Doa

Jika Saudara membutuhkan dukungan doa khusus untuk didoakan di setiap jam doa kami, silakan mengisi Form Permohonan Doa.

Klik Di Sini

Kontak

Kontak Kami

Jika Saudara membutuhkan informasi atau layanan konseling, silakan menghubungi kami.

Alamat:

KAPEL ALFA
Taman Alfa Indah Blok J-1 No. 39
Jakarta Selatan

WhatsApp:

+62815-1341-3809