
Mungkinkah Paskah Dirayakan di Tanggal yang Sama oleh Semua Gereja?
Paus Fransiskus mengatakan bahwa Gereja Katolik terbuka untuk menerima tanggal umum perayaan Paskah “yang diinginkan semua orang.”
“Semua orang” yang ia maksudkan di sini merujuk pada gereja-gereja lainnya. Hal itu disampaikan Paus saat menutup Pekan Doa untuk Persatuan Umat Kristen pada 25 Januari 2025.
Seruan Paus ini, meskipun tampak inovatif, tetapi sebenarnya bukanlah seruan yang baru di kalangan Gereja Katolik. Seruan ini pertama kali digagas dalam Konsili Vatikan II.
Dalam lampiran Konstitusi Vatikan II tahun 1963 tentang Liturgi Suci, “Sacrosanctum Concilium”, Paus Paulus VI menulis, “Konsili Suci tidak akan keberatan jika perayaan Paskah ditetapkan pada hari Minggu tertentu dalam Kalender Gregorian, asalkan mereka yang berkepentingan, terutama saudara-saudara yang tidak berada dalam persekutuan dengan Takhta Suci, memberikan persetujuan mereka.”
Pada dasarnya, ini berarti bahwa jika gereja-gereja lainnya dapat menyetujui tanggal umum untuk Paskah, maka Konsili akan menyetujui tanggal tersebut, bahkan jika itu berarti mengubah cara Gereja Katolik Roma menghitung tanggal Paskah.
Mengapa Berbeda?
Sejak Konsili Nicea tahun 325 Masehi, Paskah telah dirayakan di gereja-gereja Timur dan Barat pada hari Minggu setelah “bulan purnama Paskah,” yaitu bulan purnama pertama setelah ekuinoks musim semi—meskipun ini berdasarkan pada perkiraan historis tentang kapan bulan purnama itu terjadi, serta kapan ekuinoks itu terjadi.
Perbedaan tanggal perayaan Paskah tersebut muncul setelah Paus Gregorius XIII melakukan reformasi kalender, yang menciptakan kalender Gregorian, yang digunakan oleh sebagian besar dunia saat ini.
Gregorius telah mengubah kalender tersebut karena kalender sebelumnya—kalender Julian, yang ditetapkan oleh Julius Caesar—semakin tidak sinkron dengan pergerakan matahari, yang berarti perkiraan tanggal ekuinoks musim semi semakin menjauh dari ekuinoks yang sebenarnya.
Namun, setelah reformasi Gregorius, gereja-gereja Timur tetap menggunakan kalender Julian untuk menghitung tanggal Paskah. Ada juga beberapa reformasi pada metode Julian untuk menghitung Paskah. Akibatnya, tanggal Paskah Timur dan Barat dapat berselisih hingga empat minggu.
Tentu saja, istilah “Timur” dan “Barat” tidak tepat, dan ada banyak pengecualian. Secara umum, Gereja Katolik Roma, gereja-gereja Protestan, dan Gereja Katolik Timur merayakan Paskah pada tanggal yang sama—meskipun beberapa Gereja Katolik Timur mengikuti kalender Julian demi persatuan dengan gereja-gereja Ortodoks.
Artikel Terkait
- PBB Prihatin Dengan Pelanggaran HAM terhadap Gereja Ortodoks Ukraina
- Gereja Ortodoks Rusia Bermaksud Menambah Jumlah Pendeta Militer di Garda Depan
- Puasa Bagi Orang Kristen
- Paus Fransiskus Sarankan Pemberkatan Bagi Hubungan Sesama Jenis
- Paus Fransiskus Mungkin Tidak Akan Memveto Penunjukan Dubes AS untuk Vatikan
Sebagian besar gereja Ortodoks Timur dan sebagian besar gereja Ortodoks Oriental mengikuti kalender Julian. Tapi, ada beberapa juga yang tidak merayakan pada tanggal yang sama. Misalnya, beberapa umat Kristen yang berdiaspora di Barat mulai mengikuti metode penghitungan Barat. Akibatnya, ada beberapa kasus unik, seperti para uskup Katolik Ukraina yang mengirimkan pesan Paskah tahun lalu dengan dua tanggal, yaitu 31 Maret dan 5 Mei.
Pada tahun 2025, Paskah akan jatuh pada tanggal yang sama di gereja-gereja Timur dan Barat. Paus Fransiskus berharap bahwa momen ini dapat memberikan kesempatan bagi umat Kristen untuk mulai merayakan Paskah pada tanggal yang sama di masa mendatang.
Meskipun Paskah pernah jatuh pada tanggal yang sama pada 2017, tetapi Paus Fransiskus tahun ini ada dorongan yang lebih kuat untuk menyepakati tanggal bersama Paskah, sebab tahun ini merupakan Tahun Yubelium 2025. Tahun Yubelium ini memiliki fokus khusus pada persatuan umat Kristen karena menandai peringatan 1.700 tahun Konsili Nicea, yang merupakan konsili ekumenis Kristen pertama.
Paus berencana untuk melakukan perjalanan ke Nicea, wilayah Turki modern, pada bulan Mei mendatang untuk merayakan ulang tahun tersebut bersama Patriarkh Ekumenis Bartholomew I dari Konstantinopel, yang memiliki hubungan persahabatan dengannya.
Bisakah Disepakati?
Dalam Sacrosanctum Concilium, para bapak konsili mengatakan bahwa mereka akan menyetujui tanggal bersama untuk Paskah asalkan gereja-gereja lainnya dapat menyetujuinya. Paus Yohanes Paulus II kemudian menegaskan hal ini, dengan mengatakan bahwa Gereja Katolik akan menyetujui tanggal bersama yang disepakati, dan Paus Fransiskus telah berkali-kali mengingatkan hal ini.
Pertanyaannya, dapatkah umat Kristen menyepakati tanggal yang sama? Bagaimana kesepakatan itu dapat terwujud?
Kesepakatan mengharuskan tidak hanya Gereja Katolik Roma, tetapi juga gereja-gereja Protestan untuk mencapai kesepakatan dengan gereja-gereja Timur, yang sulit dilakukan karena banyaknya gereja Protestan dengan tata kelola yang terdesentralisasi. Di masa lalu, Dewan Gereja Dunia telah melakukan sejumlah upaya untuk mendorong tercapainya tanggal yang sama perayaan Paskah di antara gereja-gereja Timur dan Protestan, tetapi sejauh ini belum menghasilkan resolusi apa-apa.
Pertanyaan kuncinya adalah apakah Patriarkh Ortodoks Rusia Kirill, yang berpengaruh di sejumlah Gereja Ortodoks, akan dapat mencapai kesepakatan mengenai tanggal Paskah dengan Patriarkh Ekumenis Bartholomew I? Keduanya telah bersitegang selama bertahun-tahun akibat perang Rusia-Ukraina, dan Gereja Katolik Ukraina baru-baru ini mengubah tanggal Natal agar sesuai dengan kalender Barat, yang menjauhkan diri dari Gereja Ortodoks Rusia.
Tampaknya Vatikan akan melakukan apa pun yang dapat dilakukannya untuk memfasilitasi dialog antar berbagai tradisi, sebab Paus Fransiskus telah lama mengincar tujuan untuk mencapai tanggal bersama perayaan Paskah pada tahun 2025 ini.
Patriarkh Ekumenis, yang merupakan pemimpin de facto banyak gereja Timur, memiliki tujuan yang sama. Tahun lalu, ia mengatakan kepada Orthodox Times bahwa merupakan “skandal untuk merayakan secara terpisah peristiwa unik dari satu Kebangkitan Tuhan Yang Esa.” Patriarkh mengatakan bahwa ia “optimis, karena ada niat baik dan kemauan di kedua belah pihak.”
Editor: OYR
Kirim Donasi