PENGANTAR SURAT FILIPI
Dalam pasal 1:1 disebutkan bahwa surat ini ditulis oleh Rasul Paulus bersama-sama dengan muridnya, Timotius, dan ditujukan kepada jemaat di Filipi. Surat ini ditulis ketika Paulus berada dalam rumah tahanan di Roma. Ketika menuliskan surat ini, Paulus menyadari bahwa ia bisa saja menghadapi hukuman mati (1:21-25; 2:17), tetapi ia sendiri yakin bahwa ia akan tetap berjumpa kembali dengan jemaat di Filipi dalam keadaan hidup (1:25).
Kota Filipi sendiri merupakan kota penting yang terletak di jalan raya utama yang disebut Via Egnatia, yang melintasi Yunani utara. Di samping menjadi kota dagang, Filipi juga menjadi pangkalan militer Romawi. Lukas menyebut kota ini merupakan “kota terkemuka di wilayah Makedonia”, yang dalam bahasa Yunani disebut “kolōnia” atau dalam TB-LAI diterjemahkan “kota perantauan orang Roma” (bdk. Kis. 16:12). Nama Filipi sendiri diambil dari Filipus II, Raja Makedonia, ayah Aleksander Agung.
Menurut catatan sejarah, pada tahun 42 SM, Oktavianus dan Marcus Antonius mengalahkan Brutus dan Cassius (pembunuh Julius Caesar) di Filipi. Untuk menghormati kota ini, maka Oktavianus membangun kembali kota ini dengan menjadikannya koloni militer Romawi, dan memberikan kewarganegaraan Romawi kepada penduduknya. Selanjutnya, kota itu diisi dengan para veteran yang dipulangkan dari pertempuran.
Posisi kota ini yang strategis menjadikannya mudah diakses dan menjadi tempat orang-orang beristirahat untuk mendengarkan kabar tentang Kekaisaran Romawi. Itulah sebabnya, kota ini juga menjadi kota yang strategis bagi pemberitaan Injil.
Paulus mendirikan jemaat di kota ini dalam perjalanan misinya yang kedua. Jemaat ini menjadi jemaat pertama di Eropa yang didirikan Paulus. Di sini ia membawa seorang pengusaha perempuan bernama Lidia untuk mengenal Kristus (Kis. 16:14). Selanjutnya, Lidia menawarkan rumahnya untuk menjadi penginapan bagi Paulus, Lukas, dan Silas (Kis. 16:15).
Di Filipi juga, Paulus dan Silas dipenjara lantaran mereka mengusir roh tenung dari seorang budak perempuan. Tindakan itu menyebabkan tuan-tuan dari perempuan itu kehilangan sumber penghasilan, sehingga mereka menuding Paulus dan Silas sebagai pengacau. Akibatnya, mereka didera dan dipenjarakan (Kis. 16:16-24). Namun, dalam penjara itu mereka mendapatkan kesempatan untuk memberitakan Injil kepada kepala penjara dan seisi rumahnya (Kis. 16:30-31).
Pada sekitar tahun 56 M, Paulus kembali mengunjungi Filipi dalam perjalanan misinya yang ketiga (Kis. 20:6).
Surat kepada jemaat Filipi ditulis sekitar tahun 61-63 M untuk menyampaikan terima kasih atas pemberian yang mereka kirimkan melalui Epafroditus (4:14-19), sekaligus mengabarkan kepada mereka mengenai keadaannya, dan mendorong mereka supaya tetap tenang merespons keadaannya di penjara (1:12-20).
“Sukacita” menjadi tema utama dalam surat ini. Hal ini terlihat dari seringnya kata khairō (bersukacita) muncul dalam surat ini. Selain itu, Paulus juga menekankan soal kerendahan hati dan pelayanan Kristen, serta pengenalan akan Kristus.
Minggu I (3 November 2024)
SUKACITA DALAM PENDERITAAN
Filipi 1:12-26
Mendengar kabar bahwa Rasul Paulus dipenjara di Roma tentu memberi dampak bagi iman jemaat. Salah satu pertanyaan yang mungkin muncul adalah mengapa Tuhan membiarkan hamba-Nya menderita dan dipenjara?
Pertanyaan yang sama mungkin juga muncul di tengah-tengah jemaat—terutama mereka yang aktif dalam pelayanan atau aktif dalam bergereja, tetapi menghadapi situasi dan kondisi yang kurang menyenangkan atau bahkan menghadapi penderitaan.
FOKUS: Memahami rencana Tuhan di balik setiap keadaan mendatangkan sukacita iman.
REKOMENDASI LAGU PENGANTAR FIRMAN TUHAN:
- “Bejana-Mu”
- “Kekuatan Hatiku”
- “Pertolongan-Mu”
- dan lagu-lagu yang menekankan bahwa kekuatan terbesar kita hanyalah di dalam iman kepada Kristus.
Minggu II (10 November 2024)
SUKACITA DALAM KESATUAN
Filipi 2:1-11
Rasul Paulus mendorong jemaat di Filipi untuk tetap hidup dalam kesatuan dengan memiliki froneō (pikiran dan perasaan) dalam Kristus, yaitu kerendahan hati, bahkan “pengosongan diri” (ekenōsen), sebab jika setiap orang terlalu mementingkan dirinya sendiri, maka sukacita dalam pelayanan tidak akan bisa dicapai. Dalam kehidupan bersama, kepentingan bersama haruslah diutamakan.
Banyak gesekan terjadi dalam hidup bersama (keluarga, pekerjaan, pelayanan, bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara) disebabkan karena sibuk mempertahankan kepentingan dan ego sendiri atau sektoral, sehingga lupa pada kepentingan yang lebih besar dan lebih utama. Hal ini sangat berpengaruh terhadap sukacita dalam kebersamaan.
FOKUS: Fokus pada kepentingan bersama menghadirkan sukacita dalam kebersamaan.
REKOMENDASI LAGU PENGANTAR FIRMAN TUHAN:
- “Jadikan Kami Satu”
- “Satu Hati Satu Tujuan”
- “Jadikan Kami Sehati Sepikir”
- dan lagu-lagu yang menekankan mengenai kesatuan dalam Kristus
Minggu III (17 November 2024)
SUKACITA DALAM PELAYANAN
Filipi 2:12-18
Situasi Rasul Paulus dalam penjara tidaklah pasti. Ia mungkin akan berhadapan dengan kematian (ay. 17). Karena itu, ia mengingatkan jemaat di Filipi untuk mengerjakan “keselamatan sendiri” (tēn heautōn sōtērian) (ay. 12). Kalimat perintah ini dalam bahasa Yunani seakan-akan berkata, “belajarlah berjalan sendiri” atau “hiduplah mandiri”, terlepas dari bayang-bayang Rasul Paulus sebagai perintis jemaat, mereka didorong untuk fokus pada bakti mereka kepada Allah, yang bekerja di dalam mereka, sehingga terhindar dari sungut-sungut dan perbantahan.
Sungut-sungut dan perbantahan menyebabkan hilangnya sukacita dalam pelayanan.
FOKUS: Membuang sungut-sungut dan perbantahan menjadi kunci pelayanan yang mendatangkan sukacita.
REKOMENDASI LAGU PENGANTAR FIRMAN TUHAN:
- “Kumau Melayani”
- “Mahkota Kehidupan”
- “Hidupku Untuk Melayani-Mu”
- dan lagu-lagu yang menekankan kerinduan dan kesetiaan untuk melayani
Minggu IV (24 November 2024)
Minggu Kristus Raja
SUKACITA DALAM KRISTUS
Filipi 3:1-16
Para penyesat berusaha mengaburkan Injil di Filipi dengan menekankan soal hal-hal lahiriah sebagai orang Yahudi, yang Paulus sebut sebagai sarx (kedagingan). Ia pun memiliki hal-hal lahiriah itu, yang semestinya dapat ia banggakan dan andalkan, bahkan bisa menjadi sebuah “keuntungan” (kerdos). Namun, karena Kristus, maka semuanya itu ia anggap sebagai kerugian (zēmia).
Meskipun zaman sekarang kebanggaan-kebanggaan lahiriah ala Yudaisme dalam jemaat sudah tidak terlalu menonjol—bahkan di sebagian besar jemaat, hal-hal itu tidak penting lagi, tetapi kebanggaan-kebanggaan lahiriah yang lain masih kerap jadi ukuran kesalehan dan kerohanian, seperti rajin berdoa, membaca Alkitab, memuji dan menyembah Tuhan, hadir di gereja dan ibadah-ibadah, dan lain-lain. Akibatnya, pengenalan kita akan Kristus seakan-akan menjadi beban dan rutinitas yang membosankan. Maka, sangatlah penting memiliki pengenalan yang benar akan Kristus, kuasa kebangkitan-Nya, serta persekutuan dalam penderitaan-Nya, supaya kita menjadi serupa dengan Dia.
FOKUS: Memahami karya keselamatan dalam Kristus menjadi sukacita terbesar dalam hidup orang percaya.
REKOMENDASI LAGU PENGANTAR FIRMAN TUHAN:
- “Penolong Yang Setia”
- “Yesusku Kau Terindah”
- “Yesusku Penyelamatku”
- dan lagu-lagu yang menekankan kemenangan dalam Kristus, serta kebaikan Yesus