
Stempel Raja Hizkia Ditemukan di Yerusalem
Stempel kerajaan Raja Hizkia dalam Alkitab ditemukan dalam sebuah penggalian arkeologi di Yerusalem. Stempel tanah liat, yang juga dikenal dengan sebutan bulla ini ditemukan dalam penggalian yang dipimpin oleh Dr. Eilat Mazar di kaki tembok selatan Bait Suci di Yerusalem. Penemuan tersebut diumumkan dalam siaran pers oleh Institut Arkeologi Hebrew University Yerusalem, yang menaungi penggalian tersebut.
Bulla berdiameter lebih dari satu sentimeter itu memiliki cetakan stempel yang menggambarkan cakram matahari bersayap dua yang diapit oleh simbol-simbol ankh dan berisi tulisan, “Milik Hizkia, (putra) Ahaz, raja Yehuda.”
Selain bulla itu, terdapat juga 33 bulla bercap lainnya selama penyaringan tanah basah dari tempat pembuangan sampah yang terletak di sebelah bangunan kerajaan abad ke-10 SM di Ofel.
Bulla ini menjadi segel kerajaan Raja Hizkia pertama yang ditemukan pada sebuah proyek arkeologi.
“Meskipun cetakan segel yang memuat nama Raja Hizkia telah dikenal di pasar barang antik sejak pertengahan tahun 1990-an—beberapa dengan simbol kumbang bersayap dan yang lainnya dengan matahari bersayap—ini adalah pertama kalinya cetakan segel raja Israel atau Yehuda ditemukan dalam penggalian arkeologi ilmiah,” kata Eilat Mazar.
Dalam siaran persnya, Hebrew University menjelaskan ikonografi yang ada pada bulla Ofel dan cetakan meterai Hizkia. Dikatakan bahwa simbol-simbol pada cetakan meterai dari Ofel menunjukkan bahwa keduanya dibuat pada akhir masa hidup Hizkia, ditandai dengan adanya perubahan simbol pribadi raja, dari kumbang bersayap menjadi matahari bersayap.
Di Timur Dekat kuno, bulla tanah liat digunakan untuk mengamankan tali yang diikatkan pada dokumen yang digulung. Bulla dibuat dengan menempelkan segel pada gumpalan tanah liat basah. Bulla yang dicap berfungsi sebagai tanda tangan dan sarana untuk memastikan keaslian sebuah dokumen.
Artikel Terkait
Penggalian ulang di Ofel dilakukan di wilayah antara Kota Daud dan Temple Mount antara tahun 2009 dan 2013. Selain penemuan bulla, ditemukan juga penemuan luar biasa lainnya, termasuk apa yang disebut harta karun Ofel, tempat penyimpanan koin emas, perhiasan emas dan perak, serta medali emas yang menampilkan meora, shofar (tanduk domba jantan), dan gulungan Taurat.
Di dalam Alkitab, Raja Hizkia adalah putra dan sekaligus penerus dari Ahaz. Hizkia menjadi raja ke-13 kerajaan Yehuda, yang memerintah sekitar tahun 715-686 SM. Ia terkenal karena reformasi agama yang ia lakukan dan upayanya untuk memperoleh kemerdekaan dari bangsa Asyur.
P. Kyle McCarter, Jr dalam bukunya berjudul Aspects of Monotheism: How God is One merangkum reformasi agama yang dilakukan oleh raja Hizkia: “Menurut 2Tawarikh 29-32, Hizkia memulai reformasinya pada tahun pertama pemerintahannya; termotivasi oleh keyakinannya bahwa agama kuno tidak dipraktikkan dengan saksama. Ia memerintahkan agar Bait Suci YHWH diperbaiki dan dibersihkan dari niddā (kotoran).
Setelah merayakan Paskah nasional, yang merupakan perayaan nasional pertama sejak pemerintahan Salomo (2Tawarikh 30:26), para pejabat Hizkia pergi ke pedesaan dan membongkar kuil-kuil setempat atau “bukit-bukit pengorbanan” (bamot) berserta altar-altarnya, “tugu-tugu berhala” (matstsevoth) dan “tiang-tiang berhala” (asherim).
Kisah reformasi Hizkia dalam 2Raja-raja 18:1-8 jauh lebih singkat. Meskipun ia dianggap berjasa menyingkirkan bukit-bukit pengorbanan, tetapi reformasi yang paling penting dalam sejarah Yehuda baru dilakukan pada masa raja Yosia (2Raja-raja 22:3-23:25).”
Hizkia berusaha menyelamatkan Yerusalem dari raja Asyur, Sanherib, pada tahun 701 SM dicatat dalam Alkitab maupun catatan Sayur. Menurut Alkitab, Hizkia, yang mengantisipasi serangan itu, membentengi dan memperluas tembok kota serta membangun terowongan, yang sekarang dikenal sebagai Terowongan Hizkia, untuk memastikan bahwa kota yang dikepung itu masih dapat memperoleh air (2Tawarikh 32:2-4; 2Raja-raja 20:20).
Pada prisma tanah liat bersisi enam, yang disebut Prisma Sanherib, serta dalam beberapa catatan sejarah raja Asyur lainnya, Sanherib merinci dalam bahasa Akkadia kampanye-kampanye yang sukses di seluruh Yehuda, dengan membanggakan bahwa ia telah memenjarakan Hizkia di Yerusalem “seperti burung dalam sangkar.” Namun, menurut Alkitab, Sanherib akhirnya gagal merebut Yerusalem sebelum kematiannya (2Raja-raja 19:35-37).
Editor: OYR
Kirim Donasi