Yesus: Firman Yang Menjadi Manusia

Yohanes 1: 1-14
Bagikan di:
Firman itu telah menjadi manusia, dan tinggal di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran (Yohanes 1: 14 - TB2)

1 Pada mulanya sudah ada Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan melalui Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. 5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. ... 14 Firman itu telah menjadi manusia, dan tinggal di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran.

Bagi sebagian penafsir Alkitab, pembukaan Injil Yohanes dilihat sebagai tulisan yang mendapat pengaruh kuat dari filsafat-filsafat Yunani tentang logos (λόγος). Pandangan ini muncul dikarenakan penulis Injil Yohanes adalah satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang menggunakan sebutan "Logos" untuk Kristus (bdk. juga Wahyu 19: 13), sehingga tidak sedikit penafsir yang kemudian mempertanyakan darimana penulis Injil ini memperoleh konsep logos untuk Kristus?

Meski begitu, kita tidak boleh gegabah menyimpulkan seperti para penafsir itu. Sebab, ketika Injil Yohanes ditulis, istilah logos sudah menjadi istilah umum di kalangan masyarakat berbahasa Yunani, termasuk di kalangan orang-orang Yahudi yang juga berbahasa Yunani. Istilah ini sama-sama digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam dunia filsafat, dan juga dalam teks-teks keagamaan. Hal ini bisa dilihat dari teks Perjanjian Lama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani atau yang dikenal dengan sebutan Septuaginta (LXX). Dalam LXX, istilah logos digunakan ratusan kali, meskipun tidak secara spesifik merujuk pada apa yang sekarang kita sebut "Firman" atau "Sabda". Istilah logos dalam LXX merupakan istilah yang merujuk pada "kata" atau "perkataan" dalam pengertian umum, misalnya dalam Kejadian 4: 23 digunakan untuk menerjemahkan kata Ibrani: imrathī (TB-LAI: "perkataan").

Salah satu pemikir Yahudi yang kemudian membahas konsep logos secara spesifik adalah Philo Judaeus atau Philo dari Aleksandria (20 SM - 40 M). Ada yang mengatakan Philo terinspirasi dari konsep memra dalam pemikiran orang-orang Yahudi berbahasa Aramaik. Dalam Targum Yahudi (Terjemahan dan penjelasan Perjanjian Lama dalam bahasa Aramaik), istilah memra digunakan secara khusus untuk menjelaskan tentang penampakan Allah dan perkataan-perkataan Allah yang penuh kuasa.

Jadi, jika ditanya darimana penulis Injil Yohanes memperoleh konsep logos, kemungkinan besar dari pemikiran-pemikiran orang-orang Yahudi berbahasa Yunani kala itu, yang juga turut mempengaruhi pemikiran orang-orang Kristen mula-mula. Apalagi di masa-masa awal perkembangan kekristenan, orang-orang Kristen belum dianggap sebagai penganut "agama baru". Mereka masih dilihat sebagai "kelompok lain" atau "sekte lain" dari agama Yahudi.

Gambaran Yohanes tentang logos dalam pasal 1: 1-5 tidaklah berbeda dengan pemahaman orang-orang Yahudi pada masa itu. Sebab, bagaimanapun sumbernya adalah sama, yaitu Perjanjian Lama. Pertama, Allah menciptakan alam semesta ini dengan logos (ay. 3). Bahkan, dengan tegas dikatakan bahwa "segala sesuatu dijadikan melalui Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan". Ayat ini sekaligus menepis pandangan yang mengatakan bahwa logos adalah ciptaan Allah yang pertama. Logos sudah sejak awal ada. Ia bersama-sama dengan Allah, dan Ia adalah Allah (ay. 1). Jadi, dengan kata lain, Yohanes menegaskan bahwa logos (firman) itu berkuasa. Allah mencipta dengan firman-Nya, dengan firman Ia menjadikan segala sesuatu dari ketiadaan menjadi ada, dan tanpa firman, tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Itulah sebabnya kita didorong untuk tunduk dan taat pada firman Allah. Dengan keterbukaan hati kita untuk memahami firman Allah, serta hidup di dalamnya, maka hidup kita akan berubah menurut kehendak Allah.

Kedua, di dalam logos (Firman) ada "hidup" (zōē) dan "terang" (fōs) (ay. 4-5). Hidup menurut firman Allah bukan sekedar hidup dalam pengertian biologis: bernafas, bertumbuh, berkembang biak, dan sebagainya, melainkan hidup menurut firman Allah berarti juga hidup dalam Roh dan hidup dalam kekekalan.

Dalam Yohanes 6: 63, Tuhan Yesus mengatakan, "Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup". Sementara, dalam Yohanes 3: 16 dengan jelas dikatakan, "Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal (Firman yang menjadi manusia), supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (TB-1997).

Intinya, pertumbuhan rohani seseorang seharusnya diukur dari bagaimana ia "tinggal di dalam firman" atau bagaimana ia "memelihara firman Allah" di dalam hidupnya. Kebahagiaan sejati dalam hidup orang beriman hanya bisa dicapai melalui pendengaran dan pemeliharaan firman. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata, "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya" (Lukas 11: 28).

Sementara, "terang" berbicara soal manfaat firman Allah sebagai penuntun dalam hidup kita. Dalam Mazmur 119: 105 dikatakan, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku". Rasul Paulus menjabarkan fungsi ini dalam 2Timotius 3: 16, "Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran".

Selanjutnya, di ay. 14, Yohanes masuk dalam konsep Kristologinya bahwa Kristus adalah "firman (logos) yang menjadi manusia (daging)". Ini untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana Allah Yang Mahakuasa itu bisa hadir sebagai pribadi manusia. Pertanyaan ini tentu saja tidak datang dari orang-orang yang terpengaruh dengan budaya Yunani, sebab dalam masyarakat yang dipengaruhi begitu kuat dengan paham politeistik, bukanlah masalah penting untuk berbicara tentang yang ilahi menjadi manusia. Jadi, pertanyaan semacam ini tentulah datang dari orang-orang Yahudi atau orang-orang Kristen mula-mula, yang di satu sisi memegang teguh paham monoteistik, tetapi di sisi lain mereka diperkenalkan dengan sisi kemanusiaan Kristus.

Orang-orang Yahudi--dan juga orang-orang Kristen mula-mula--sudah memahami apa itu "firman", baik seperti konsep memra ataupun seperti yang diajarkan oleh Philo Judaeus. Uraian Yohanes pada ay. 1-5 sama sekali bukanlah pandangan yang baru bagi mereka. Maka, ketika menjelaskan bahwa Kristus adalah "firman yang menjadi manusia", akan dipahami dengan mudah, meskipun mungkin akan mendapatkan penolakan dari orang-orang Yahudi.

Uraian Yohanes bahwa Yesus adalah Firman yang menjadi manusia memberikan pemahaman Kristologis yang unik dan jelas, terutama ketika menjelaskan relasi antara Yesus (Anak) dengan Sang Bapa. Ia tidak menggunakan istilah "Mesias", tetapi "Firman". Firman itu keluar dari Bapa, sebagaimana pikiran atau ide dan kata-kata bisa keluar dari kita dan menyatakan kehadiran kita. Dengan penjelasan Yohanes, maka sebutan "Anak" bagi Yesus merujuk pada pengertian bahwa Ia adalah Firman yang "keluar" dari Bapa. Yohanes menggunakan istilah "satu-satunya yang keluar" atau "satu-satunya yang lahir" (Yunani: monogenēs), yang dalam TB-LAI diterjemahkan "Anak Tunggal" (lihat ay. 16). Dan karena pada ayat sebelumnya Yohanes telah menjelaskan bahwa "Firman itu adalah Allah", maka dengan demikian Yesus pun adalah Allah.

Itulah sebabnya, setiap perkataan Yesus adalah firman, dimana kita diajak untuk tinggal di dalam-Nya dan memberitakan tentang Dia. Para Rasul dan jemaat Kristen mula-mula telah banyak menuliskan tentang Dia melalui teks-teks yang sekarang kita pegang sebagai Kitab Suci. Maka, jika Yesus adalah Sang Firman, Alkitab kita pegang sebagai firman yang tertulis. Membaca, memahami, dan memelihara firman yang ada dalam Alkitab akan memberi kita kuasa, hidup dan terang, yang semuanya bersumber dari Kristus. Amin!

Bagikan di:

Penulis:

Yosi Rorimpandei

Koordinator Komisi Pengajaran GKRIDC

Pelayanan Kategorial

DC Kids

Pelayanan Anak
0895-1771-8474

Youth Habakuk

Pelayanan Remaja & Pemuda
0821-1303-2727

Debora

Pelayanan Kaum Perempuan
0812-9744-1129

Efata

Pelayanan Kaum Pria
0853-1083-3921

Permohonan Doa

Jika Saudara membutuhkan dukungan doa khusus untuk didoakan di setiap jam doa kami, silakan mengisi Form Permohonan Doa.

Klik Di Sini

Kontak

Kontak Kami

Jika Saudara membutuhkan informasi atau layanan konseling, silakan menghubungi kami.

Alamat:

KAPEL ALFA
Taman Alfa Indah Blok J-1 No. 39
Jakarta Selatan

WhatsApp:

+62815-1341-3809